41 ¦

11 1 0
                                    

Aku melihat jembatan kecil. Penerangan dari lampu jembatan yang hampir kehilangan daya itu menyinari banyaknya zombie di atasnya. Kami berhenti jauh dari jembatan. Komandan menyalakan ht-nya, bertanya pada siapa saja yang bisa menjawab, tapi tidak satupun terdengar suaranya.

"Kita akan berkumpul di jembatan Brawijaya. Sekarang istirahat dulu, pagi nanti kita cari makanan dan barang yang diperlukan lalu lanjutkan perjalanan," ungkap Komandan kembali mematikan alat komunikasinya.

Kulkas membuka sedikit jendela lalu mematikan mobil. Memasukkan sedikit udara untuk kami berempat. Dia menyandarkan kepala lalu menutup matanya. Mengistirahatkan fisik dan mentalnya. Senjatanya sudah diberikan pada kak Bagas untuk diperiksa. Sementara Komandan keluar untuk mengisi bensin mobil. Lalu aku, memperhatikan jalan yang lumayan sepi ini. Sedikit bingung karena para zombie itu berkumpul di jembatan bukannya di jalanan. Sawah luas di kanan jalan ini pun sangat hening, membuatku ngeri jika zombie muncul dari kegelapan.

Pintu mobil terbuka bersamaan Komandan masuk dengan jerigen bensinnya yang tersisa sedikit.

"Kalian berdua juga istirahat. Biar saya yang jaga."

Kak Bagas mengangguk paham. Dia menaruh kembali pistolnya di kantung. Memberikan pistol Kulkas padaku karena si empunya pistol sudah tertidur. Aku perlahan meletakkan pistol itu di dasbor lalu kembali duduk manis dan bersiap istirahat sesuai perintah Komandan.

Zombie-zombie buruk rupa di depan sana kujadikan domba pengantar tidur dan tidak butuh lama mobil kami menjadi sangat hening.

_W_

Aku terbangun bersamaan dengan matahari yang mulai menerangi bumi. Aku menoleh pada mereka bertiga yang terlihat bersiap dengan senapan masing-masing.

"Mau pergi?" tanyaku ikut bersiap.

"Belum. Kamu jaga di sini saja. Kita mau nyari bensin dan barang lainnya. Angga nda akan pergi jauh jadi dia masih bisa pantau keadaan sekitar mobil. Itu makanan sama minuman untuk kamu."

Aku baru bangun. Bayangkan saja apa yang terjadi pada otakku untuk menerima semua informasi yang diberikan oleh Komandan. Otakku masih setengah tertidur, tapi dipaksa bangun oleh perkataannya.

"Ada sesuatu yang kamu mau? Kalau ketemu bisa saya ambilkan."

Aku menggeleng. Saat ini aku masih belum bisa berpikir jernih. Lebih baik menggeleng saja.

"Pistol kamu bagaimana? Aman?"

Aku mengeluarkan pistolku dari sarungnya. Tangan Kulkas dengan cepat mengambil dan mengecek pistolku. Yang kulihat dia hanya membolak-balik benda berbahaya itu.

"Aman," ujarnya sembari mengembalikannya padaku.

"Kalau terjadi sesuatu yang berbahaya. Tembakkan pistolnya. Kami akan segera datang."

Ya bukan hanya kalian yang datang. Para zombie pun akan ikut berdatangan.

"Tenang. Kami pasti akan bisa menjangkau kamu sebelum para zombie."

Baiklah.

"Aditya, ini obat terakhir kamu. Kamu sudah merasa baikan, belum?" tanya Kak Bagas yang akhirnya bersuara setelah dari tadi asik mengutak-atik gudang kecil mobil ini.

"Udah ga demam sih kak, tapi aku sedikit sakit kepala karena mabuk," jawabku.

"Oh ok kalau gitu aku cari obatnya dulu."

Aku sakit kepala dan merasa sedikit mual. Kenapa aku harus mabuk darat disaat seperti ini? Menyusahkan saja. Aku jadi tidak bisa fokus karenanya.

"Angga, Bagas, sudah siap?" tanya Komandan menatap mereka mantap. Mereka berdua tak bersuara hanya mengangguk lalu mereka bersamaan membuka pintu perlahan.

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang