Satu hal yang tidak kami sadari.
Kulkas berada di lantai satu.
Makanan ku dan Diva sudah diambang musnah karena harus berbagi. Bahkan satu bungkus mie harus kami bagi lima orang. Dan di kos ada 16 orang termasuk belahan jiwa Kak Sally.
Dia tidak sempat keluar dari kos.
Keranjang makanan yang pernah lewat di awal kebanyakan berisi makanan ringan dan bumbu-bumbu dapur.
Makanan pokok yang kami beli disimpan di dalam kulkas. Begitupun penghuni lainnya. Mereka menaruh segala hal di kulkas. Dari makanan sampai skincare. Bahkan ada yang menyimpan bawang merah dan putih di kulkas. Padahal setahu ku bawang tidak perlu di masukkan kulkas
Aku tidak masalah jika harus memakan cemilan saja, tapi perut ku yang bermasalah. Dia kecil tapi jika melihat makanan akan berubah menjadi black hole. Selalu lapar tapi tidak tahu kemana makanan itu pergi. Misteri.
Mie instan sudah kami kumpulkan. Semua ada 9. Dan sudah dipakai 3. Tersisa 6 bungkus lagi.
Oh jangan khawatir. Kami memiliki stok beras yang banyak. DUA KARUNG! 3 kg. Berarti beras kami jumlahnya 6 kg.
Ada apa dengan angka 6?!
Oh telur juga banyak. Ada telur ayam, bebek, dan puyuh.
Bagi ku semua itu sudah cukup, tapi ada beberapa yang memiliki penyakit dan tidak bisa hanya memakan semua itu.
Tapi mau gimana? Tidak mungkin kami ke bawah mengambil makanan. Pertama, masih banyak makhluk menjijikan yang berkeliaran di bawah. Kedua, kulkasnya sudah berhambur di hantam makhluk karnivora itu.
[Tampung air! Air sudah mulai hilang.]
Chat dari Rima membuat kami kelabakan, dalam hati. Aku yang sedang berbaring langsung berdiri keluar kamar dan mengambil ember lalu menuju kamar mandi samping kamar Diva.
Mati.
Airnya sudah tidak menyala. Airnya sudah mati. Airnya sudah tidak bernyawa lagi.
"Dit." bisik Diva dari belakangku. Beruntungnya aku bukan Rima.
"Wc kamar Rima masih ada airnya."
Sip.
Tok tok
"Siapa?"
"Aku."
"Pelan-pelan Rim." bisikku menempelkan bibir ku ke pintu mendengar Rima memutar kunci kamarnya.
Klek
Girl_-
"Grrhh."
"Aagggghhh"Nyam nyam :D
"Dit." panggil Rima menghentikan kegiatannya.
"Cepat buka anj- . Cepat."
Stop cursing. Itu tidak menyelesaikan masalah.
Rima membuka pintu lalu aku masuk dengan cepat, tidak ingin mendengar suara berat di bawah itu. Dia menyalakan senter hpnya hingga mengenai wajahku. Tenang. Sinarnya tidak terlihat dari bawah.
"Masih nyala kan?" tanyaku berjalan ke kamar mandi yang ada di kamarnya.
"Masih. Tapi aku juga lagi nampung."
Ooooook
"Aku cari tempat buat nampung dulu. Kalau punyamu sudah selesai langsung isi kupunya."
Aku kembali keluar. Gelap. Ingin rasanya kunyalakan semua lampu yang ada di kos ini. Penerangan satu-satunya hanya berasal dari lantai satu. Yah lumayan. Tapi tetap saja tidak terlalu terlihat jelas. Siapa yang tahu, mungkin aku menginjak kotoran kucing atau menginjak semut yang sedang melintas. Aku tidak ingin berdosa. Walaupun sudah banyak dosa.
Satu persatu kamar ku ketuk. Pelan-pelan. Meminta wadah apa saja yang bisa digunakan untuk menampung air. Mereka memberikan ember, mangkuk, toples, gelas dan wadah bekas skincare. Sebenarnya tidak berguna, tapi aku tidak ingin mereka kecewa. Jadi, kuambil saja.
Aku kembali ke kamar Rima. Dia sudah mulai mengisi emberku. Wadah-wadah yang kubawa ku isi terlebih dahulu lalu menunggu ember-ember lain penuh. Semoga bisa penuh semua.
"Nda ada kah informasi dari kenalanmu?" tanyaku ke Rima yang mudah bergaul dengan siapa saja.
"Nda ada yang bisa dihubungi." jawabnya menghela napas.
Satu, hp mereka hilang.
Dua, MATI.Perkiraan kedua memang sangat menyebalkan dan juga sadis, tapi itulah kenyataan yang sering terjadi di masa sekarang. Sekarang "Mati" adalah hal yang normal dan selamat adalah hal yang abnormal.
Aku memilih diam diiringi suara gemericik pelan dari air yang perlahan mengisi ruang hampa di ember.
Dalam satu detik, ratusan orang terjangkit. Satu menit, ribuan orang terjangkit. Satu jam, puluhan ribu orang sudah tidak memiliki jiwa lagi. Banyak yang kehilangan orang tercintanya dan tidak lama kemudian dia ikut menyusul. Bukan karena stress ditinggal, seperti yang sering terjadi di kehidupan lama, tapi karena tidak berhasil menyelamatkan diri sendiri.
Masa inkubasi semakin sempit. Baru saja tergigit beberapa menit, tidak, mungkin sudah menjadi detik sekarang, kemudian mereka sudah menjadi monster yang bahkan menyerang orang-orang tercinta pun sudah tidak dipedulikan. Mendengar jeritan kesakitan orang yang mereka mangsa pun sudah seperti lagu yang harus mereka dengar setiap saat.
Rasa haus darah mengalir hebat di setiap ruas tubuh mereka. Menghabisi setiap bagian tubuh mangsanya menjadi misi baru bagi mereka.
Aku menyadari beberapa hal setelah melihat berbagai cerita. Jika tercakar, gejala awal adalah bekas cakaran akan terbentuk bolongan-bolongan kecil, kemudian tubuh akan mengigit bekas cakaran tersebut dan akhirnya menjadi "zombie" dalam hitungan menit bahkan jam. Berbeda dengan korban yang langsung tergigit, beberapa menit mereka akan langsung berubah tanpa adanya peringatan terlebih dahulu. Bukan jam lagi, kini sudah berubah menjadi menit bahkan detik sekalipun.
Aku penasaran. Bagaimana awal mula sehingga semua kekacauan ini bisa terjadi? Siapa "zombie" pertama? Apakah wanita di mobil waktu itu? Bagaimana bisa dia menjadi "zombie"? Apakah dia tidak sengaja meminum cairan aneh dari lab biologi atau kimia? Bagaimana gejala awalnya? Siapa korban pertama yang dia gigit atau cakar? Apakah sekarang dia masih menjadi "zombie"? Atau sedang menjadi objek penelitian?
Tanpa sadar aku memikirkan semua itu. Mengabaikan Rima yang sudah pucat pasi sembari mencengkeram lenganku.
_W_
KAMU SEDANG MEMBACA
neWorld
Science FictionDunia baru yang lebih mengerikan. Bertahanlah, bagaimanapun caranya. ©Aytidajghost 2021 Don't copy! Babak 1 Start : 26 Juli 2021 End : 14 Agustus 2021 Babak 2 Start : 1 Desember 2021 End :