5 ¦ Lockdown

53 11 0
                                    

Berita menyebar dengan cepat, saluran-saluran televisi menayangkan rekaman-rekaman amatir yang mereka dapatkan dari berbagai sosial media. Memperlihatkan orang-orang yang menyerang dengan mengigit bagian tubuh orang yang mendekatinya.

Penularan juga tidak kalah cepatnya daripada media. Mendekati malam hari berita memberitahukan bahwa Malang akan melakukan lockdown sampai waktu yang tidak diketahui. Membuat orang semakin menggila ingin keluar dari Malang, mengakibatkan penularan semakin beringas.

Dari siang sampai sekarang jam lima sore, tidak hentinya terdengar ambulans bolak balik. Bahkan suara tabrakan, pecahan serta teriakan juga terdengar sampai ke telinga ku. Aku berada di dalam kamar bersama Diva. Setelah mendapatkan berita Malang akan di lockdown, orang tua kami menelpon terus menerus untuk mengetahui perkembangan keadaan kami saat ini. Bahkan mereka sekarang sedang berusaha mengeluarkan kami dari sini.

Jika mati akan lebih baik berada disekitar keluarga. Terlebih mati dalam keadaan yang tidak layak.

Mendapat kabar Malang lockdown, aku segera mengunci pagar kos agar tidak ada yang masuk atau keluar dari sini. Tak jarang terdengar pagar yang hendak dibuka paksa. Sepertinya orang-orang itu ingin mengungsi di kos atau mungkin ingin menjarah.

Aku kembali melihat layar laptop, menampilkan berita salah satu saluran televisi yang mengundang satu ahli untuk memberitahukan penyebab penularan.

Akan aku singkat perkataan dari ahli ini.

Penularan terjadi karena adanya kontak fisik antara pasien yang tertular dengan orang-orang yang mereka jadikan mangsa ini. Cairan tubuh pasien yang sudah menyatu dengan virus ini menyebabkan siapapun yang berkontak fisik akan terkena dampaknya. Apalagi jika langsung menyatu dengan darah korban. Para peneliti belum mengetahui apa jenis virus yang hidup di tubuh mereka.

Sampai saat ini orang-orang yang terjangkit mengalami masa inkubasi yang berbeda. Ada yang sehari, setengah hari, ataupun beberapa jam. Belum diketahui pasti mengapa setiap orang mengalami masa inkubasi yang berbeda. Semuanya masih dalam tahap penelitian.

Masa inkubasi yang berbeda? Tapi kenapa aku merasakan masa inkubasi ini semakin lama semakin cepat terjadi. Tidak lagi dalam hitungan hari atau jam. Saat terkena, beberapa menit kemudian mereka sudah akan bertindak agresif.

Ckiit

F ck.
Aku lupa bahwa semua penghuni kos memegang kunci pagar. Cepat aku membuka kamar lalu berlari kebawah untuk melihat siapa atau apa yang ada didepan pagar.

Kak Sally, Salata dan satu orang lelaki masuk ke kos dan tidak menutup pagar itu kembali.

Brak

Cepat kututup pagar membuat mereka bertiga kebingungan.

"Kenapa dek?"

Kenapa?! Kenapa?!

"Kalian nda digigit atau dicakar sama orang?" tanya ku melihat mereka satu persatu.

"Nda ada." jawab Kak Sally tenang.

"Teman kakak tadi?"

"Lagi di rumah sakit."

"Sudah dengar berita kan? Jangan ada yang keluar dari kos ini untuk sementara waktu." ucapku lalu kembali masuk kedalam kamar.

Penghuni lain tidak ada yang keluar dari kamar, mereka memilih bersembunyi di balik pintu kamar yang rapuh itu. Jika aku tidak mengunci pagar, tidak tahu akan jadi seperti apa kos ini.

"Siapa?" tanya Diva mengalihkan tatapannya sebentar dari layar saat aku datang.

"Trouble S sama pacarnya Sally."

Jangan tanya kenapa kami berdua memanggil mereka seperti itu.

_W_

Malam datang diiringi suara sirine yang saling saut menyaut dan teriakan-teriakan memekakan telinga. Aku dan Diva sedang makan, kami memasak nasi dan memakannya dengan bihun goreng. Beraktivitas di dalam kos ini terbilang aman, asal tidak membuka benteng pertahanan yang bernama pagar itu. Kami masih bisa mandi dengan tenang dan turun kebawah untuk masak, aku juga selalu melihat keadaan pagar memastikannya tertutup rapat dan tergembok.

Sesekali aku berjalan ke kamar Rima lalu mengetuk pintu kamarnya yang sejak pulang kuliah tadi masih tertutup dengan rapat. Setidaknya masih ada ventilasi udara di sana dan lampu yang kadang menyala lalu kembali mati.

"Mama ku suruh telpon si Yuni, tapi sampai sekarang nda diangkat."

Yuni, teman sekolah ku juga. Karena satu ekstrakurikuler membuatku dekat dengannya walaupun berbeda jurusan. Dia tidak tinggal di kos seperti ku melainkan asrama khusus untuk anak-anak Kalimantan.

Aku tidak suka asrama.

Sejak sore orang tuanya tidak bisa menghubungi, sampai mereka menelpon orang tua ku menyuruh ku melihat keadaannya di asrama. Sudah gila. Aku paham kekhawatiran mereka, tapi maaf aku tidak ingin mati mengenaskan. Bukannya sampai ke asrama aku malah sampai ke surga.

Kalau juga saat mati aku akan masuk surga.

"Chat bisa kah?" tanya Diva masih berkutat di depan layar.

"Ceklis. Kayaknya dia nda ada di asrama. Tadi pagi aku nanya terus dia bilang ada kelas sampai sore."

"Ya biarpun ada kelas kan semua dipulangkan tadi siang."

Benar juga. Tapi, Yuni ini bukan orang yang akan langsung pulang ke asrama. Setidaknya dia harus mampir ke kos temannya lalu ke cafe dan terakhir sampai ke asrama. Tapi tidak mungkin kan dia tetap melakukannya di keadaan yang sekarang ini?

"Ntah lah. Semoga masih hidup."

_W_


Update gak tentu :D

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang