18 ¦ Penjemputan

28 11 0
                                    

Lama sekali.

Sekali lama.

Lama sekali!!!

Jam sudah menunjuk angka tiga. Sudah lima jam lebih kami menunggu. Rasanya sudah seperti menunggu belasan tahun.

Aku berjalan mondar-mandir di depan kamar. Untungnya tidak ada zombie di lantai satu.

"Dit. Makan." panggil Yuni.

Aku berjalan ke kamar Diva, mengintip sedikit kamar Kak Hesty yang terbuka. Sepertinya tidak hanya aku yang tidak sabaran menunggu kedatangan tim penyelamat. Kak Hesty sedang duduk dikursi sembari menggoyangkan kakinya dengan cepat, sedangkan Kak Asta sedang berbaring dan menggigit kukunya.

"Sisa minumnya masukkan ke botol ja Div." kataku menunjuk galon yang masih tersisa air sedikit.

"Makanlah dulu."

Aku mengiyakan.

Kami telah selesai makan. Aku naik ke lantai tiga untuk melihat keadaan dari atas.

Pemandangan ini biasanya hanya bisa kuliat dari film, tapi sekarang aku bisa melihatnya secara nyata, ditambah sensasi mendebarkan dan ketakutan yang menjalar di seluruh tubuh.

Sesering apapun aku menonton film tentang zombie, jika dihadapkan secara nyata aku pasti akan takut juga. Sekarang aku bisa mengetahui bagian-bagian mana saja dari film itu yang berkata bohong atau bisa saja dibilang hanya halusinasi.

Ingin contoh?

Di film zombie yang aku tonton, zombie bisa mencium keberadaan manusia yang masih selamat, jika berada di dekatnya. Kenyataannya, tidak. Mereka tidak bisa mencium tapi bisa mendengar keberadaan manusia itu. Pendengaran dan penglihatan mereka menjadi seperti superhero. Mata mereka yang keseluruhan menjadi putih masih bisa melihat dengan sangat baik, tapi tetap tidak terlalu bisa melihat dalam gelap. Suara sekecil atau sejauh apapun bisa mereka dengarkan walaupun mereka hanya bereaksi dengan suara yang lebih besar atau nyaring.

Aku sempat mencobanya. Sebelum aku melempar sebuah wajan ke atas genteng. Kalian pasti tahu kejadian itu.

Singkatnya. Aku mencoba melempar sebuah batu kecil ke genteng, mereka mendengar tapi tidak bereaksi lalu aku melempar satu wadah skincare, yang sempat tidak berguna waktu itu, dan mereka lumayan bereaksi. Mereka tidak mengikuti suara wadah yang aku lempar itu, mereka hanya mencari asal suaranya.

Sudah cukup informasinya. Aku melihat sebuah mobil yang bergerak di kejauhan.

Mereka benar-benar hanya membawa satu mobil, tapi mobil itu tidak seperti bayanganku.

Aku mengambil kain lalu melambaikannya. Semoga saja bukan zombie yang melihat.

Heh?!

Mobil itu berhenti.

Bom!

Mobil meledak.

Kenapa? Kenapa mobil itu meledak? Apakah mereka benar tentara?

Zombie-zombie bereaksi mendekati asal suara besar itu. Suara kaki mereka yang berlari memenuhi udara siang ini.

Aku menghela napas. Apakah itu mereka? Jika benar, apa yang akan terjadi sekarang?

"Adit?!"

"Apa?" sautku

Masih melihat gerombolan zombie mendekat kearah gedung rektorat, tempat dimana mobil itu meledak.

"Itu apa?"

Oh ternyata Kak Valin.

"Ada mobil meledak disana." kataku, menunjuk lurus ke depan.

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang