26 ¦

25 5 0
                                    

Kata orang, saat kematian sudah didepan mata, kau akan mengingat Ibu mu, tapi, kenapa sekarang aku malah mengingat Tuhan? Apakah belum saatnya aku akan mati? Atau sebenarnya ungkapan itu tidak benar? Oh, mungkin jika jiwa ku benar-benar sudah melayang meninggalkan tubuhku maka aku akan mengingat ibu ku. Ya ya, kurasa ungkapan itu berlaku untuk saat-saat paling akhir kehidupan.

Tapi, darimana orang-orang itu tahu? Apakah mereka pernah mati?

Tidak seharusnya aku memikirkan hal itu. Apa yang sedang kulakukan? Padahal sedang menghadapi bahaya besar.

Aku masih menutup mata, tidak berani membukanya barang sedetik pun. Suara gebrakan serta rantai yang mengencang semakin memakan kewarasanku. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Di dalam dan di luar ruangan, tersirat dengan jelas tanda bahaya.

Sementara aku bergelut dengan perasaan takut dan sendirian di dalam sini. Di luar sana teriakan semakin menggema. Seharusnya makhluk di luar sana mengarah ke asal suara, tapi kenapa mereka masih setia ingin membuka ruangan ini? Tidak bisakah mereka pergi saja? Di dalam sini juga ada teman mereka. Jika mereka ingin memakan ku, apakah tidak bisa diwakilkan oleh temannya saja?

Ini membuatku frustasi. Ingin rasanya aku berteriak minta tolong. Ingin rasanya berteriak kearah mereka dan berkata, "Jangan makan aku! Darahku pahit!". Kata-kata itu biasanya manjur saat aku memanjat pohon dan dikerumuni oleh semut. Membuat ku takjub karena mereka mengerti bahasa manusia.

Tek

Suara itu disusul dengan suara meja yang didorong dan langkah cepat dari seseorang. Aku tahu, rantai yang mengikatnya sudah terlepas, tapi aku sama sekali tidak bisa bergerak. Jika aku bergerak, habislah aku. Aku mengeratkan pegangan pada kenop pintu, sembari berdoa dalam hati. Tidak tahu apakah doa ku benar atau tidak, akan langsung dikabulkan atau tidak.

Langkah cepat tadi kini menjadi pelan dan terseret seperti biasanya. Ingatkah kalian yang kukatakan tentang mereka yang punya penglihatan seperti superhero? Iya, aku baru mengingatnya sekarang. Jika dia sudah melihatku, sudah pasti cerita ini akan berakhir sedari tadi, tapi untungnya masih bisa berlanjut. Aku harus membuat keputusan, antara melepas tangan lalu merangkak mencari perlindungan atau tetap diam dan menahan pintu.

Bruk

Badanku sedikit terpental saat mendapat dorongan kuat dari luar sana. Mereka benar-benar bertambah semakin banyak. Perlahan namun pasti pintu terbuka, dengan aku yang menahan dari dalam.

AAKH! Badanku terjepit!

Mereka masuk! Mereka masuk!

Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan, dengan kesadaran dan kewarasan yang semakin menghilang karena detak jantung yang tak bisa dinetralkan, aku bersujud. Bersujud dengan badan yang semakin terhimpit karena mereka yang berhambur masuk dan berdesak-desakan.

Untungnya ruangan ini gelap. Walaupun mereka bisa melihat dalam gelap, tapi jika melihat segumpal bayangan hitam yang tak bergerak, apakah mereka tetap akan berpikir itu makanan? Pikiran ku yang tersisa satu titik ini mengatakan tidak.

Aku diam tak bergerak ditengah sujudku yang khusyuk. Sangking khusyuknya aku sampai ingin menangis. Aku terus berdoa dan berdoa. Memaksa Tuhan agar mengabulkan doa ku sekarang.

"AKKKHHHH!!"

God!

Ada yang berteriak!

"JANGAN! JANGAN!!! JA-!! AAAAHHHHH!"

Dia semakin berteriak, mengundang pergi zombie yang berada di ruangan ini. Berteriak hingga suaranya tidak terdengar lagi.

Terima Kasih.

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang