19 ¦

28 5 0
                                    

Hai
Welkom bek tu may stori

Alay. Skip.

Jika kalian mengira kami tidak selamat keluar dari Malang. Kalian salah besar. Perjalanan kami terbilang lumayan cepat, melewati jalan-jalan dengan tingkat aktivitas yang rendah dari zombie. Walaupun terkadang kami harus singgah ke satu gedung karena mendapat tanda adanya kehidupan di sana. Terkadang juga kami, emm maksud ku para tentara, harus berhadapan dengan puluhan zombie. Mereka tidak terlalu banyak, tapi tetap saja menyusahkan.

Oh kalian harus tahu ini. Truk yang berada di belakang kami, berisi tentara yang terjebak di pos terakhir mereka saat kekacauan ini terjadi. Mereka banyak yang selamat, tapi tidak dengan rakyat biasa. Sekitar dua puluh tiga orang tentara yang sekarang bersama kami, dan hanya lima belas orang saja yang berhasil selamat dari setiap gedung yang kami singgahi. Termasuk kami bersembilan.

Aku sempat bertanya. Mengapa hanya sedikit orang yang selamat. Walaupun aku tahu jawabannya, terutama di Malang ini.

"Saat tersebar berita Malang akan lockdown, banyak orang yang memilih pergi meninggalkan Malang. Padahal waktu itu sudah diperintahkan untuk tetap di rumah. Inilah penyebab lonjakan orang yang terjangkit menjadi semakin banyak dan menyebar ke setiap daerah. Karena ada beberapa yang sudah terjangkit malah keluar dari Malang."

Seperti itulah yang dikatakan Komandan Gary saat kami berhenti untuk mengisi bahan bakar di Batu. Namanya keren kan?? Orangnya juga masih muda lohhh. Baru dua puluh delapan tahun, dua tahun lagi om om. Jomblo! Yuk yang mau daftar :D

Sorry.

Beliau ini juga terus memuji ku karena berhasil menyelamatkan diri dengan tidak keluar dari kos. Karena pujiannya lah aku menjadi lebih percaya diri menjaga diriku sendiri. Tentu tidak lupa menjaga teman-temanku juga.

"Tidak semua bisa kamu selamatkan. Tidak semua akan berjalan lancar. Kesalahan yang terjadi itulah yang membuatmu semakin kuat. Karena pengalaman adalah sebaik-baiknya guru di dunia. Kamu hebat karena sudah membawa delapan orang ini dalam keadaan sehat."

Ini kata komandan saat aku menceritakan tentang Frina.

Aku juga sempat bertanya, kenapa kami menggunakan truk bukannya langsung terbang saja. Bukankah akan sangat bagus jika kami menggunakan pesawat dan langsung terbang menuju Mabes atau mungkin langsung ke Kalimantan.

"Pilot sudah tidak ada di Malang dan belum ada landasan yang aman," jawab komandan, sedikit mematahkan semangat ku.

Jika tidak ada landasan yang aman, bagaimana aku bisa pulang? Perjalanan dari pulau Jawa ke Kalimantan tidak bisa hanya berjalan kaki. Dua pulau itu dipisahkan oleh laut yang teramat panjang, besar dan dalam.

_W_

Kami sekarang berada di ... aku tidak tahu sekarang dimana. Yang aku ingat sepertinya kami baru saja melewati Jatim Park, mungkin sejam atau dua jam lalu. Aku tidak ingat tepatnya sudah berapa lama.

Saat ini truk kami sedang berhenti, tepatnya di jalan samping sebuah mall. Mengisi persediaan bahan bakar dengan mengambil dari mobil yang banyak berjejer di depan mall, dan juga mencari barang yang diperlukan dari mall itu.

Aku sedang membagikan minum dan makanan untuk orang-orang dalam mobil. Sekarang sudah lewat pukul tiga malam. Kami baru saja makan dan harus makan dalam keadaan gelap seperti ini. Lampu jalan tadinya menyala sebelum ditembak oleh tentara agar kami tidak terlihat oleh zombie.

"Dit. Kau tau kah aku sekarang makan atau minum?" tanya Yuni menyenggolku yang duduk di sampingnya.

Aku menoleh ke kanan, gelap. Tidak bisa kulihat wajah Yuni di sampingku. Di kiriku juga gelap, tapi aku bisa tahu ada seseorang di sana. Tepatnya di bawah truk, sedang berjaga.

"Makan," jawabku ke Yuni yang langsung menghela napas kalah.

"Aku dengar kau ngunyah," kataku lagi.

"Ssst," tegur satu suara dari kiri ku membuat suara-suara berbisik lainnya hilang dan berganti dengan deru napas kelelahan.

Dia pasti Kulkas, aku tidak tahu namanya. Dialah orang yang menarikku sampai lututku terasa akan terlepas akibat membentur lantai truk yang keras ini. Aku yakin pasti lututku sudah berwarna ungu sekarang.

Sudah hampir sejam kami menunggu kedatangan para tentara yang bertugas masuk ke mall. Aku mengantuk, tapi tidak bisa tidur. Kaki ku kram karena kelamaan duduk. Aku sudah meluruskannya, tapi malah bokong ku yang ikut kram. Sangat menyiksa.

"Kak boleh turun?" tanyaku berbisik ke kiri. Manusia patung itu pasti masih ada.

Dia tidak menjawab, malah mendesis seperti ular menyuruhku diam.

"Kaki saya kram kak."

"Berdiri disitu aja bisa," sautnya pada akhirnya.

Dasar Kulkas.

Sedari sore aku sudah berusaha tidak terlihat ingin membalas dendam kepadanya, tapi lihatlah perlakuannya padaku. Dia bahkan tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan orang selamat lainnya, padahal yang ditanyakan bukan masalah pribadinya. Rasanya ingin kurebut senapannya itu lalu menodong kepalanya. Jika bergerak 0,0001 cm saja akan ku tembak kepalanya.

Aku berdiri perlahan, tidak ingin membangunkan siapa pun yang mungkin tertidur.

Kretek

Ah, kurasa aku sudah sangat lama terduduk. Berdiri seperti ini terasa sangat nikmat. Oh no, kram menggelikan datang! Aaaaa aku tidak bisa bergerak. Rasanya kaki ku geli saat bergerak. Bahkan bernapas saja membuatnya menggelitik kaki ku.

"Duduk," seru si Kulkas memukul kaki ku.

AISSS. KAKI KU BERTAMBAH GELI!

"Kak ntar. Ntar kak, sebentar dulu."

"Sudah ada yang datang, siap-siap pergi," katanya lagi memukul pelan lenganku.

Hah? Sejak kapan dia di depanku?

"Masih kram," kataku lirih berusaha mendapatkan simpatinya.

"Duduk."

Tidak berhasil.

Manusia ini memang pantas ku juluki "Kulkas".

Aku duduk dengan kram yang masih menggelitik kaki ku. Tak lama terdengar suara benda empuk yang diletakkan di sampingku. Aku meraba, wah beneran empuk. Aku berbaring hendak memejamkan mata.

Brum

Sirna sudah tidur nyenyak ku.

_W_

Aditya datang lagi.

Yeayy...

Di babak kedua ini aku akan berusaha menyuguhkan pengalaman yang menegangkan untuk kalian. Persiapkan diri baik-baik, karena aku akan membawa kalian menjelajah kota-kota mati yang telah diambil alih oleh para zombie.

Oh, aku harap kalian tidak sedang makan saat membacanya.

Dan juga...

Jangan terlalu menyukai setiap karakternya. 😶

Selamat membaca.

Selamat membayangkan setiap tulisannya.

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang