Ughh!!
Berapa lama lagi aku harus menunggu? Kenapa dia begitu lama? Haruskah kutinggalkan saja dia? Tapi aku juga tidak tahu apa yang ada di atas sana.
Aku bingung, bimbang dan kesal.
Makhluk yang mengejar ku tadi sudah tidak ada lagi diluar sana. Aku sudah tidak mendengar gebrakan pintu lagi. Aku keluar, menyalakan senter dan mengedarkan pandangan. Ruangan ini sangat berantakan. Mejanya sudah miring kesana kemari, lemari sudah tidak lagi berdiri, sofa-sofa disini juga sama halnya seperti meja. Di lantai, kertas dan bercak darah yang mengering tersebar dimana-mana, bahkan di meja, lemari dan sofa juga tidak luput dari bercak itu.
Aku mendorong satu sofa yang menghalangi, mendorongnya menempel ke dinding yang memiliki motif telapak tangan dengan cat merah. Mendekati meja dan membuka setiap laci. Hanya ada kertas dan beberapa buku. Aku kembali menutup laci lalu beralih ke sisi lainnya dan kembali membuka setiap laci. Sebuah amplop hitam menarik perhatianku. Aku membuka amplop ini, didalamnya terdapat satu kertas bergambar pemandangan, matahari berada dibagian atas dengan awan yang mengelilingi, dibawahnya ada dua gunung dan satu jalan yang bercabang menjadi empat bagian. Gambar ini sama seperti gambaran ku saat masih kecil dulu. Aku membalik amplop, ada tulisan dibelakangnya, "Harta."
Hah? Apalah maksudnya itu.
Aku kembali memasukkan kertas kedalam amplop dan menaruh ditempat aslinya. Ruangan ini sangat membosankan. Lebih baik aku diruangan tangga tadi, ruangan yang terdapat banyak lukisan terpasang dan terletak begitu saja dilantai. Lebih baik aku menganalisa lukisan-lukisan itu.
Kakiku sontak berhenti, saat mendengar sayup-sayup suara larian dari luar sana. Apakah itu dia? Aku mendekat ke arah pintu, menempelkan telingaku berusaha mendengar lebih jelas suara tadi.
Tok tok
F CK! Aku terkejut.
"Buka. Cepat!" bisik seseorang dari luar dan kembali mengetuk.
"Siapa?" tanyaku meyakinkan, walaupun aku sudah tahu kalau itu dia.
"Angga!"
Ok.
"Kamu gapapa kan? Nda ada luka kan? Kakinya nda sakit lagi kan?"
Sejak kapan orang ini peduli dengan orang lain? Dia melontarkan tiga pertanyaan, bahkan dia belum sepenuhnya masuk ke dalam. Aku kembali mengunci pintu lalu melihatnya dan mengangguk.
Dia mengernyit, "Apa artinya?"
Ck.
"Gapapa kan? Iya. Nda luka kan? Iya. Sudah nda sakit? Iya." jawabku mengangguk di setiap kata 'iya'.
Dia lalu berlalu menuju pintu dan langsung masuk ke dalamnya, tanpa menungguku.
"Di atas sana masih ada dua lorong yang harus kita lewati. Siap?" tanyanya saat menyadari keberadaanku. Senternya menyala dan mengarah keatas.
Jika ditanya siap atau tidak, tentu saja tidak, tapi mau tidak mau aku harus siap.
Aku menutup pintu lalu menyalakan senter dan melihat keatas. Kegelapan diatas sana seolah berkata, "Kami menunggumu."
"Di atas sana ada ruangan. Jangan takut, ruangannya nda ada apa-apa." ujarnya pelan berusaha meyakinkanku.
Selanjutnya dia sudah menginjak satu anak tangga dan menginjak lagi, sampai akhirnya berhenti di anak tangga ke lima lalu menoleh melihatku.
"Mau naik atau nda? Kalau engak ya terserah." katanya ketus.
Tapi, anehnya aku tidak kesal dengan itu. Mungkin karena dia sudah kembali seperti biasanya dan aku yang juga sudah terbiasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
neWorld
Science FictionDunia baru yang lebih mengerikan. Bertahanlah, bagaimanapun caranya. ©Aytidajghost 2021 Don't copy! Babak 1 Start : 26 Juli 2021 End : 14 Agustus 2021 Babak 2 Start : 1 Desember 2021 End :