40 ¦

31 2 0
                                    

Segar sekali. Tidak kusangka seluruh badanku akan merasakan air lagi. Rasanya aku ingin berlama-lama merasakan air ini. Bukankah akan menyegarkan jika berendam atau berenang di kolam? Dengan bak air yang besar, dengan air yang bisa membelai seluruh tubuhku.

Sudah tiga hari kami berdiam di sekolah ini. Rencananya besok sore kami akan melanjutkan perjalanan. Makanan, sandang dan transportasi berhasil dikumpulkan selama tiga hari ini. Senjata-senjata seperti pisau, kayu panjang, pistol, senapan bahkan granat sekalipun telah didapatkan pula. Para tentara bersama siswa-siswa dan juga para pria mengumpulkan semua perlengkapan di sekitar sekolah agar kami bisa selamat sampai tujuan.

Aku. Badanku masih terasa remuk, tapi aku masih bisa menahannya. Obat dan suplemen yang diberikan padaku cukup membantu walaupun aku menjadi ngantuk karenanya. Aku memang suka tidur, tapi untuk suasana sekarang ini, aku memilih mengantuk sepanjang hari daripada ditelan oleh zombie.

Sore ini setelah menyelesaikan mandi, aku berjalan santai menaiki bangunan setinggi tiga lantai ini. Sesampainya di lantai tiga aku keluar menuju rooftop dimana sudah banyak yang menunggu. Sebentar lagi waktunya makan malam dan kami selalu makan bersama di rooftop ini lalu bercengkerama di keremangan malam ditemani api unggun dengan suara gemericik apinya.

Malam ini, malam terakhir kami di sini. Rasanya, aku tidak ingin pergi. Ketenangan selama tiga hari ini sangat-sangat aku rindukan. Melihat langit malam yang dihiasi bulan dan bintang sangat-sangat aku rindukan perasaannya. Walaupun suara mengerikan di bawah sana masih terdengar, tapi suara-suara itu sudah seperti lagu bagi kami. Walaupun terkadang harus berpacu dengan ketegangan, tapi saat-saat tenang seperti ini sangat tidak ingin aku tinggalkan.

Masa-masa dimana hidupku penuh dengan ketenangan, kini tak bisa lagi kudapatkan sepenuhnya. Dulu, aku selalu bosan dengan hidupku yang begitu-begitu saja. Bangun, kuliah, pulang, bersantai, tidur. Begitu terus sampai tanganku menyatu dan berubah menjadi handphone. Aku tidak menyadari bahwa kehidupanku adalah kehidupan yang baik. Tidak semua orang memiliki kehidupan seperti aku, banyak orang-orang di luar sana mendambakan kehidupan seperti itu, dan sekarang aku menyadari betapa berharganya kehidupanku yang lalu.

Aku ingin kembali ke kehidupan tenangku.

_W_

Kami pergi.

Tanpa pak Purnomo. Beliau memilih untuk tetap berada di kota tempatnya mengabdi selama dua puluh tahun ini. Komandan dan siswa-siswa itu sudah membujuknya untuk ikut, tapi beliau berpegang teguh dengan jawabannya. Kami semua bersalaman dengannya yang sudah sangat berbaik hati pada kami selama tiga hari ini. Tiga siswa yang dia selamatkan memberikannya pelukan terima kasih dan perpisahan, dihiasi dengan sedikit air mata yang keluar.

Kami melambai padanya dari halaman sekolah sebelum memasuki mobil masing-masing. Yaps, kami memakai mobil. Para tentara tidak mendapatkan bis atau mobil lain yang bisa sekaligus mengangkat kami semua. Terpaksalah memakai mobil-mobil yang berserakan di sekitar sekolah. Walaupun begitu, dengan menggunakan mobil bisa lebih cepat dan bisa menyalip lewat sela-sela kecil diantara banyaknya mobil. Yah, sekalipun jadi terlihat sangat banyak dan mencolok.

Aku berada satu mobil dengan, siapa lagi kalau bukan Kulkas. Orang yang satu ini sepertinya tidak bisa jauh dariku. Kak Bagas menarikku saat hendak memasuki mobil lain, dia mengatakan bahwa aku sebaiknya berada di mobil dengannya karena kondisiku yang belum sembuh sepenuhnya. Aku mengiyakan perkataannya itu, tapi diam-diam menyelinap menuju mobil dimana Diva dan Yuni berada, tapi lagi, mobilnya sudah penuh sehingga aku akhirnya terpaksa berada di mobil bersama tentara-tentara kaku ini, Kulkas, kak Bagas, dan Komandan. Apa yang sebenarnya aku lakukan di kehidupan sebelumnya.

Aku tidak mempermasalahkan akan berada di mobil mana saja, apalagi di situasi seperti ini, tapi aku tidak ingin jauh dari Diva dan Yuni.

Satu mobil sudah mulai jalan menuju gerbang. Dua dari siswa SMA keluar dari mobil lalu merobohkan pagar dan terbirit memasuki mobil. Bisa kulihat beberapa zombie teralihkan karena suara pagar yang nyaring menghempas tanah. Selanjutnya setiap mobil keluar dan melaju kencang tanpa menunggu mobil dibelakangnya. Para driver berkomunikasi lewat HT yang mereka dapatkan dari pak Purnomo.

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang