Orang bodoh mana yang berlari ditengah gerombolan makhluk itu sambil berteriak ketakutan. Memancing mereka lebih banyak mengejarnya. Terlebih dia dengan seenaknya masuk kedalam kos membawa puluhan makhluk menjijikan itu. Seperti tidak ada rumah atau tempat lain yang masih utuh dan lebih aman.
Aku keluar dari kamar. Kenapa aku selalu penasaran?
Dari atas bisa kulihat seorang lelaki muda berusaha membuka satu kamar dan di belakangnya terdapat puluhan zombie yang sudah semakin dekat dengannya. Dia berteriak ketika beberapa zombie sudah mulai menikmati dagingnya yang segar itu, lalu di ikuti zombie yang lain.
Rima keluar, padahal sudah kusuruh diam saja didalam. Karena aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia akan berteriak ketakutan, itu akan membahayakan kami. Ia berdiri di sampingku, aku mendorong badan besarnya itu menjauh dari pagar. Dia ikut mendorongku, perbedaan fisik membuatku kalah. Ia mengintip ke bawah, matanya hampir saja keluar. Dia menarik napas.
"Hmmmpphh!!"
Aku menutup mulutnya sebelum dia berteriak, untung saja teriakan lelaki itu dan suara-suara serak zombie dari bawah sana bisa meredam suaranya. Kutarik dengan susah payah badannya yang lumayan besar itu masuk kembali kedalam kamar.
Maaf jika kejam.
Aku mendorongnya ke kasur lalu aku menindisnya dengan bantal. Tepat di wajahnya.
"Kau bersuara, bakalan aku lempar keluar. Kau buat gerakan yang berbahaya, ku lempar keluar. Diam." ucap ku penuh ancaman yang benar-benar akan kulakukan jika dia berteriak.
"Hahh...hahh...hahh." Rima duduk dan mengatur napasnya. Dia melihatku sinis.
"Maaf."
Aku berjalan kembali untuk menutup pintu. Melihat Kak Hesty dan pacar Kak Sally masih berdiri di luar kamar memantau pergerakan di bawah. Aku melihat mereka berdua sekilas lalu kembali masuk untuk menenangkan Rima.
"Dia...dia..." Rima mulai terisak.
Sepertinya dia tidak cocok berada di dunia baru ini.
"Jangan dipikir lagi." saut ku mengecek keadaan air yang sudah mulai mengecil. Sepertinya ini air sisa yang masih berada di pipa-pipa bawah tanah.
"Zendy..." ucapnya lirih tidak terdengar jelas.
"Hah?"
"Dia....Zendy."
Zendy.
Pacarnya.
Kenapa dia kesini? Dia masih hidup? Apakah dia kesini karena ingin menyelamatkan Rima atau ingin mengungsi?
Dan
Kenapa semua orang ingin kesini?
Jika kalian tidak tahu. Sedari awal ada beberapa oknum yang terus menanyaiku hal yang sama sampai sekarang. Rasanya aku ingin menenggelamkan mereka karena menanyakan hal yang tidak bisa masuk ke dalam otak ku.
"Pacarku mau kesini. Boleh kah?"
Ntah mereka terlalu bodoh atau terlalu bucin. Dua hal itu memang terkadang tidak ada bedanya. Mereka merasakan bucin ke pasangan adalah wajar, tapi mereka tidak tahu bagaimana bodohnya perilaku mereka jika dilihat orang-orang, terutama para jomblo.
Jawabanku cuma satu.
"Kalau masih hidup dan berani lewati mereka yang ada di bawah itu. Boleh."
Tentu saja dalam keadaan sehat walafiat.
Satu yang aku bingungkan.
Kenapa mereka masih bisa memikirkan kekasihnya daripada dirinya sendiri? Terlebih disituasi sekarang. Sepertinya mereka menganut peribahasa "Bucin dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun."
Contohnya Rima, dia hampir saja membunuh kami semua dengan tingkah bodoh nan ajaibnya itu. Yah aku paham, jika yang ada di bawah tadi orang yang aku kenal aku pasti akan sedih juga. Tapi, tolong jangan membahayakan nyawa mu dan orang lain.
Tolong.
Stop melakukan tindakan bodoh.
Arghhhh.
Aku bukan zombie. Sepertinya aku sudah terbiasa dengan z word itu.
Rima masih menangis. Aku sudah mengantuk, ketegangan ini membuat badanku lelah dengan cepat. Aku memilih untuk diam di sini sebentar lagi. Setidaknya sampai persediaan air sudah terisi.
Rima tidak lagi mempedulikan air yang seharusnya menjadi fokus utama kami malam ini. Dia menangis, memeluk bantal dan terus menatap pintu. Membuatku harus berjaga di belakang pintu, menjaga agar dia tidak berbuat hal bodoh lainnya.
"Aku pergi kalau ember ini sudah penuh. Setelahnya kau boleh nangis puas-puas. Asalkan nda berisik. Nangis dalam hati bisa jadi alternatif."
Tak lama air sudah tidak mengalir lagi. Kami, hm, aku berhasil mendapatkan lima ember penuh, sudah termasuk wadah-wadah kecil tadi.
"Jangan keluar. Kau dengar yang kubilang tadi kan? Itu bukan cuma ancaman." ucapku sebelum menutup pintu kamarnya.
Aku melihat ke bawah. Zendy tidak menjadi zombie, tapi menjadi manusia tulang. Tangannya sudah terpisah, kakinya hanya tersisa satu, badannya bolong, bisa ku lihat tidak ada lagi isi dalam perutnya. Wajahnya yang rupawan sudah tidak berbentuk lagi. Sampai aku tidak bisa mengenalnya jika tidak melihat sepatu yang tergeletak di dekat kakinya.
Ugh. Aku sedikit mual.
Tapi tidak bisa berpaling. Melihat tubuhnya yang tercabik-cabik menjadi peringatan untukku.
Kami tidak bisa berlama-lama lagi di kos ini.
_W_
KAMU SEDANG MEMBACA
neWorld
Science FictionDunia baru yang lebih mengerikan. Bertahanlah, bagaimanapun caranya. ©Aytidajghost 2021 Don't copy! Babak 1 Start : 26 Juli 2021 End : 14 Agustus 2021 Babak 2 Start : 1 Desember 2021 End :