Malam ini aku merasa aman dan nyaman, sedikit. Mungkin karena sudah tidak banyak zombie berkeliaran di sekitar kos. Bahkan saat Rima berjalan kembali ke kamar, dia tidak lagi menempel ke tembok agar tidak terlihat dari bawah. Tapi tetap tidak bisa terlalu berisik.
Tujuh orang tadi sudah pergi sekitar satu jam yang lalu. Aku sempat berjalan ke balkon untuk melihat apakah zombie-zombie itu kembali, lalu terdengar suara teriakan. Aku diam untuk mendengar lebih lanjut tapi suara itu tenggelam oleh suara zombie yang ribut karena mendengar teriakan. Telinga mereka menjadi lebih sensitif dari biasanya.
Semoga saja mereka selamat. Semoga juga enam wanita itu ikut membantu bukannya malah berteriak yang bisa mengundang zombie bertambah banyak mendekat ke arah mereka.
"Dit coba tanya lagi." tanya Yuni tiba-tiba ditengah keheningan kami yang sedang bermain hp.
Kasihan dia tidak punya hp.
"Tanya apa?"
"Nda bisa kah mereka jemput kita duluan. Kan kita di ujung harusnya mereka ke tempat kita dulu biar nanti bisa langsung jalan ke sana."
Apakah benar kami di ujung? Oh iya sepertinya benar. Saat itu aku baru kembali ke Malang, menaiki travel, dan kami berdua Diva diantar terakhir.
Aku diam mendengar ucapan Yuni. Bukannya tidak ingin bertanya, aku sudah mencoba menelpon mereka tapi tetap tidak ada jawaban. Bahkan chat ku tadi siang masih belum dibaca.
"Kau nyesal kah nda ikut mereka ke luar?" tanyaku
Yuni diam, Diva memilih tidur daripada berada di tengah kami berdua.
Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan. Karena hanya pertanyaan yang ada di pikiran kami saat ini.
Aku sama sekali tidak bisa memikirkan jawaban hanya pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di kepala ku. Saat dipaksa malah jawaban itu semakin tidak bisa dikeluarkan.
Tok tok
Aku membuka pintu, memperlihatkan Sani yang membawa ember.
"Kenapa?"
"Hujan."
"Hah?"
"Gerimis."
Hah?!
Aku berlari ke lantai tiga. Benar saja. Gerimis bukan hujan. Mungkin sebentar lagi hujan.
Aku kembali ke bawah mengambil berbagai wadah untuk menampung air. Semua penghuni yang tersisa juga sibuk mengambil berbagai wadah lalu berlari bolak balik ke lantai tiga.
Tidak membuang kesempatan. Aku turun ke lantai satu. Melihat keadaan dari kegelapan sebentar lalu berlari masuk ke kamar Kak Astavia yang untungnya tidak terkunci.
Aku kembali naik. Gerimis sudah berhenti.
Apakah ini bercanda? Disaat seperti ini kami malah dipermainkan.
Aku melempar mangkuk yang baru saja kuambil dari lantai bawah. Mangkuk kaca itu pecah bersamaan dengan teriakan dari bawah.
"Frina!!"
Aku turun ke bawah, melihat apa yang terjadi dari lantai dua. Frina, sedang bergumul dengan satu zombie di parkiran dekat ruang tamu. Dia terbaring dan terus menghadang zombie yang terus mencakar dan berusaha mengigitnya.
"Masuk kamar! Jangan keluar!" ucapku sedikit berteriak.
Aku turun tergesa, tanpa pikir panjang aku mengambil sofa single lalu memukul zombie itu. Dia tersungkur tapi dengan cepat bangkit kembali. Aku menarik Frina masuk ke kamar Kak Astavia. Suara cakaran dan tumbukan terdengar dari luar. Semoga dia tidak pintar untuk membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
neWorld
خيال علميDunia baru yang lebih mengerikan. Bertahanlah, bagaimanapun caranya. ©Aytidajghost 2021 Don't copy! Babak 1 Start : 26 Juli 2021 End : 14 Agustus 2021 Babak 2 Start : 1 Desember 2021 End :