Sepertinya aku akan menjadi kelelawar. Tidur di siang hari dan melakukan kegiatan di malam hari. Yah memang kegiatan itu seperti diriku yang dulu, tapi tidak dikelilingi oleh makhluk menjijikan. Ah, aku ingin cepat sampai ke Mabes. Lalu terbang ke Kalimantan, bertemu orang-orang yang sudah menungguku dan melakukan hal yang biasa kulakukan.
Keluarga ku yang berada di Kalimantan sekarang sudah berada di desa kelahiranku, saat makhluk itu masuk ke Tanjung Selor, semua keluarga besar langsung pergi ke sana. Menunggu ku dari tempat yang aman.
Membuat kami tidak bisa berkomunikasi lagi, karena desa ku tidak memiliki jaringan yang stabil. Dan juga, aku sudah tidak tahu dimana keberadaan hp ku. Terakhir kali aku mengingatnya masih tersimpan di kasur samping tas ku, tidak tahu apakah aku sempat memasukkannya atau tidak.
Dan lagi, jaringan sudah tidak baik-baik saja. Aku tidak tahu bagaimana bentuk atau sistem yang mengatur sinyal di Indonesia. Aku hanya berpikir mesin yang mengendalikan gelombang sinyal itu sudah dirusak zombie. Yah mengingat semua sudah hancur karena para zombie itu.
Aku tidak terlalu mengkhawatirkan keluargaku, karena desa itu berada sangat jauh dari Tanjung Selor. Dan juga, tidak ada akses jalan menuju kesana. Pertama, jembatan telah dihancurkan oleh orang-orang desa lainnya. Kedua, hanya bisa menaiki speedboat menuju kesana.
Bukankah itu sangat aman? Zombie tidak bisa mengemudikan speedboat. Yah semoga saja.
Aku sedang berbaring di pangkuan Yuni sekarang, sedangkan dia sedang menulis dengan bantuan senter dan kepala ku sebagai alasnya. Ntah apa yang ditulisnya.
Aku hanya merasakan coretan-coretan abstrak, saat ujung penanya menulis sesuatu yang penting di kertas tipis itu dan sedikit tembus karena alas yang tidak keras.
"Ada yang sakit?" tanya satu orang yang tiba-tiba masuk. Dia memakai baju hitam ketat, celana tentaranya dan sepatu pantofel. Tidak lupa senjata yang terkalung di lehernya. Wajahnya tidak terlalu kelihatan karena cahaya yang masuk hanya dari celah-celah kecil terpal ini.
Tidak mendapat respon dari pertanyaannya, dia menatap kulkas yang hanya menatapnya datar, namun tersirat harapan disana.
"Masih belum ada." ucapnya membuat Kulkas kembali bersender dan memejamkan matanya.
"Kenapa?" tanya orang itu saat dia menoleh dan mata kami saling beradu.
Aku duduk.
"Eh kalau sakit gapapa baring aja." serunya mendekat.
"Sudah jam berapa?" tanyaku tidak peduli dengan ucapannya.
"Eh itu. Jam satu siang."
Iya aku juga tahu ini masih siang. Aku mengangguk lalu kembali bersandar ke Yuni. Dia menatapku bingung lalu kembali melihat Kulkas.
Tentu saja tidak mendapat balasan dari Kulkas.
"Kalau ada yang sakit cari saya aja. Nama saya Bagas." serunya setengah berbisik memberitahukan pengumuman penting itu.
Oh ternyata dia yang namanya Bagas.
Aku menoleh ke Diva yang sedang tidur. Disampingnya ada Rima dan Sani yang saling berhadapan, sepertinya sedang makan.
"Ada penambah darah?" tanyaku sebelum kak Bagas membuka tirai.
Dia menoleh, Kulkas duduk dengan tegap dan melihat ku. Begitupun dengan beberapa orang yang ada dalam truk ini.
"Bagian mana yang sakit?" tanyanya, kembali berjongkok di depan ku.
"Hm itu. Butuh aja kak. Soalnya saya cewe." jawabku membuat mereka berdua bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
neWorld
Science FictionDunia baru yang lebih mengerikan. Bertahanlah, bagaimanapun caranya. ©Aytidajghost 2021 Don't copy! Babak 1 Start : 26 Juli 2021 End : 14 Agustus 2021 Babak 2 Start : 1 Desember 2021 End :