15 ¦ Pertengkaran

32 11 0
                                    

Terjadi pertengkaran hebat antara otak dan hati ku. Terkadang, hati mengatakan jangan pergi sedangkan otak mengatakan pergi saja. Kadang juga, hati mengatakan pergi saja sedangkan otak mengatakan jangan pergi.

Tapi, orang tua ku mengatakan jangan pergi. Aku harus menuruti mereka kan? Iya kan?

Bukan hanya otak dan hati ku yang bertengkar. Aku dan beberapa penghuni kos juga bertengkar hebat di grup.

Beberapa orang dari mereka memiliki pikiran yang sama seperti Yuni. Ingin pergi ke daerah yang bisa dengan cepat dijangkau para tentara.

Aku bingung. Tentu saja bingung. Siapa yang tidak bingung di situasi seperti ini? Hebat sekali.

"Yun. Kau mau pergi?" tanyaku ke Yuni yang sebelumnya juga memberikan usul yang sama seperti mereka yang sekarang sedang berjuang membujuk penghuni lain untuk ikut dengan mereka keluar.

"Aku cuma menyampaikan pendapat. Aku bakalan ikutin kau terus."

Beban.

Saat mereka mengatakan akan mengikuti ku, mengikuti perkataan ku, mengikuti rencanaku. Seperti beban setinggi dan sedingin gunung everest berada di pundakku. Membuat isi kepalaku harus terjungkal-jungkal memikirkan jalan keluar sangking berat dan dinginnya beban itu.

"Rim?"

Aku mengalihkan pandangan ke Rima.

"Selama aku selamat sama kau. Aku bakalan sama kau terus."

Sepertinya gunung everest telah menjelma menjadi bumi.

"Kita tanya Kak Esti?"

"Kau lupa? Kak Esti awal mula yang bawa anak-anak pergi." jawab Diva mengingatkan.

Aku ingat dan aku akan bertanya ke penghuni lain. Bagaimanapun, merekalah yang bisa memutuskan jalan terbaik untuk dirinya.

[Kalian mau pergi?]

Tanyaku di tengah keributan mereka di grup.

[Kami tidak bisa menunggu lagi dek. Banyak sudah kekurangan kita di kos ini. Kos kita sudah masuk makhluk itu. Kos kita sudah tidak nyala air. Kita juga sudah tidak punya banyak makanan.]

Benar. Benar sekali. Semua yang dikatakan Kak Esti semuanya benar.

[Kalian yakin bisa sampai ke sana? Selamat?]

[Kakak tidak bisa menjaga semua orang. Kalau mau ikut, jaga diri masing-masing.]

[Makanya itu aku tanya. Kalian yang mau ikut yakin bisa selamat?]

6 dari 17 orang yakin.

[Yang mau pergi silahkan.]
[Ingat ini. Kalian keluar dari sini, sampai kapanpun jangan kembali. Kalau kalian kembali, nda akan aku terima.]

Aku sedikit mengancam. Mungkin dengan begitu mereka tidak jadi pergi.

[Siap.]

Ternyata mereka setuju. Mereka sepakat akan keluar jam 6, saat matahari sudah tenggelam.

Jam 6 sebentar lagi datang. Mereka berenam sudah siap dengan barang yang sudah disiapkan. Aku yang tidak pernah keluar saja tahu bahwa peralatan mereka ini sangat kurang. Hanya satu tas berisi baju dan makanan. Dengan alasan tidak ingin berat. Hm baiklah. Oh satu buah pisau berada di tangan Kak Esti.

"Mau kemana yang?" tanya pacar kak Sally yang turun dari lantai tiga karena mendengar sayup-sayup suara langkah kaki.

"Kita pergi dari sini." jawab kak Sally menggandeng lengannya.

neWorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang