Sejam setelah kami menemukan anak kecil itu. Aku sedari tadi belum melihatnya lagi, karena sedang menenangkan Diva dan Yuni yang terlihat syok. Bukankah seharusnya aku yang syok? Kenapa malah mereka?
Aku terus menenangkan dan tidak ingin bertanya, karena tau mereka tidak akan menjawab.
"Ay." Yuni bicara.
Aku memberinya minum, sebelum dia melanjutkan perkataannya.
"Aku takut." Dia menarik napas, "Aku takut kau kenapa-napa."
Hah? Aku?
"Tadi, aku yang pertama kali dengar kau teriak. Terus aku sempat diam karena takut. Sampai kak Angga lari naik keatas dan aku sadar. Terus aku teriakin Diva."
Tunggu. Tunggu. Apa ini?
"Kenapa tiba-tiba bahas teriakan ku?"
"Aku takut. Sampai sekarang aku takut Da. Aku takut kau kenapa-napa."
Oh. Aku paham. Aku paham.
"Nda usah takut lagi. Sekarang aku ada di depan kalian. Aku bukan hantu."
Berhasil. Walaupun hanya senyum tipis, tapi aku berhasil menenangkan mereka.
"Maaf. Aku baru sadar, ternyata aku suka bikin kalian takut."
Diva menggenggam tanganku yang berada di lututnya.
"Kau tau kan Dit, kami nda akan bisa sampai sini kalau bukan karena kau. Kalau nda mau kami khawatir lagi. Jaga baik-baik dirimu."
Ok ini sedikit mengharukan.
"Mulai sekarang, kami yang bakalan jaga kau."
No. Itu sama sekali nda bisa dibenarkan.
"Kita saling jaga. Dan tenang, aku nda bakalan mati sampai kita bisa liat Kalimantan lagi. Aku janji."
Apakah janji itu akan terwujud? Haha. Akupun tidak tahu. Yang jelas sekarang aku harus menenangkan mereka berdua.
_W_
Kurasa aku tahu bagaimana perasaan Yuni saat mendengar teriakan ku tadi. Yang tidak kuingat sama sekali, kata apa yang aku ucapkan saat teriak. Apakah aku mengatakan kata-kata yang kasar? Oh God. Sangat tidak terpuji.
Kembali ke topik.
Aku tau bagaimana perasaan Yuni. Kini aku pun merasakannya saat memasuki ruangan dan melihat kak Murni yang terisak. Di sampingnya kak Fajar mengusap punggungnya, berusaha menenangkannya yang terlihat tidak bisa berhenti menangis.
Sepertinya.
Anak itu tidak selamat.
"Jangan liat," perintah Kulkas berdiri di depanku.
Melihat apa? Kak Murni? Jika iya, dia salah memblock. Aku masih bisa melihat kak Murni yang sedang menangis.
"Dia nda selamat ya?" tanyaku tidak mendapat jawaban dari Kulkas.
"Keluar dulu."
Tidak mau.
Jika dia tidak ingin aku melihat mayat gadis itu. Percuma. Aku sangat ingin melihatnya, karena aku yang menemukannya.
"Gapapa. Aku nda bakalan marah sama si pak tua. Sekarang aku cuma pengen liat mukanya."
Apa-apaan orang ini? Kenapa dia menghalangiku? Jika begini aku pasti akan marah.
"Minggir."
"Keluar dulu. Aku jelasin semua di luar."
Aku menerobosnya dengan seluruh kekuatan. Walaupun sedikit kesusahan menerobos badan besinya, akhirnya aku berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
neWorld
Science FictionDunia baru yang lebih mengerikan. Bertahanlah, bagaimanapun caranya. ©Aytidajghost 2021 Don't copy! Babak 1 Start : 26 Juli 2021 End : 14 Agustus 2021 Babak 2 Start : 1 Desember 2021 End :