SEPULUH

5.1K 155 0
                                    

Sudah hari ketiga, dimana keluarga Bella menginap penuh di kediaman rumah nenek keluarga Dewa.

Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh 2 keluarga, yang masih sangat baru itu. Walau begitu, ketahuilah mereka merupakan keluarga sedari lama. Hanya, status baru saja yang menyandang mereka saat ini.

Bagi Bella, selama 3 hari itu ia dihadapkan dengan berbagai macam cobaan. Mulai dari orang tuanya, ataupun mertua nya, belajar memasak, bermain dengan Cicil, sekamar dengan Dewa dan berakhir akan terlelap di pelukan Dewa tanpa Bella sadari dan sejujurnya ia tak inginkan.

Namun, Bella berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menyesuaikan diri entah sampai kapan ia berada disana. Karena Bella yakin, setelah ia pulang ke Jakarta pun, masih ada banyak lagi cerita baru yang akan ia hadapi.

Bella sedang duduk di balkon kamarnya, dengan Cicil yang duduk di depannya. Gadis kecil itu, dengan asik menyisirkan rambut boneka nya saat Bella mengepang rambut Cicil.

"Tante." Panggil Cicil.

Bella menggerakkan sedikit kepalanya ke samping. "Kenapa, sayang?"

"Baju buat boneka nya, bagusan yang mana? Yang walna bilu apa walna Kuning?"

Bella mengulum bibir nya seperti berpikir. "Eemm, kalo kata Cicil, cantikkan yang mana?"

"Yang kuning, cih..."

"Yaudah kuning aja. Bagus kok warna nya."

"Tapi Cicil suka walna kuning, Tante. Masa buat boneka Cicil juga cihh..."

"Oh, Cicil suka warna kuning?"

Cicil mengangguk dengan lucu nya. "Iya! Soalnya Mama juga suka walna Kuning. Kata Mama, walna kuning bikin jadi cantik!"

"Nah. Bagus dong kalo gitu. Jadi, yang cantik itu, Mama Sera, Cicil, sama boneka Cicil."

Cicil menengok ke arah Bella, yang membuat Bella hampir melepaskan seluruh ikatan kepangan rambut Cicil.

"Dibagi gitu, Tan?"

Bella terkekeh sambil menggeleng. "Ya nggak dong, sayang. Cantik itu, nggak bisa dibagi-bagi. Kan cantik itu dari hati. Kalo hati Mama Sera, Cicil, sama Boneka nya baik, pasti jadi cantik."

Cicil mengangguk saja, walaupun ia sejujurnya tak begitu mengerti konsep cantik dari hati.

"Tante nggak mau jadi cantik?"

Bella menirukan gaya sedang berpikir. "Mau, sih. Tapi, Tante 'kan udah cantik."

"Ish, Tante. Kepedean." Ujar Cicil lalu menghadap ke depan lagi.

Bella membulatkan matanya mendengar ucapan Cicil lalu menggeleng kecil.

"Gue yakin, kalo nggak ajaran bapak nya, pasti emak nya. Tapi kalo liat kaya gini, pasti ngikut modelan bapak nya."

Tapi walau begitu, Bella tak bisa menahan diri untuk mencubit pipi Cicil karena tingkah laku gadis kecil itu.

Ceklek

Bella menengok ke belakang, ke arah pintu kamar yang baru saja terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah Dewa yang membawa satu plastik es krim.

"Cicil." Panggil Dewa

Merasa namanya dipanggil, Cicil menengok ke arah Dewa.

"Mau?" Tawarnya pada keponakannya itu.

"Mau!"

"Sebentar, Cil. Dikit lagi nih." Ujar Bella.

Bella hampir saja melepas tangannya dari rambut Cicil, sebelum gadis kecil itu bangun. Untung saja, Bella cekatan. Maka ia bergegas menyelesaikan tugasnya pada rambut Cicil.

HELLO, MY TUTOR! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang