14. Matahari

3.1K 159 1
                                    

"Hati-hati, Kak" ucap Alya setelah daritadi diam saat insiden yang benar-benar membuatnya sangat malu didepan Arga.

Arga mengernyit bingung melihat tingkah gadisnya yang berubah-ubah dan penuh kejutan?

Arga tidak menyangka akan perubahan sikap Alya saat ini yang bisa dibilang lebih berani padanya, tidak seperti dulu. Namun, ada ketertarikan sedikit pada diri nya.

Arga turun dari mobil membuat Alya tidak jadi melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam kos "Kenapa Kak?"

"Gak baik cewe jalan sendiri malam-malam" jawab Arga membuat Alya mengernyitkan dahinya bertanda bingung.

"Ha? Kan tinggal masuk ke kos" jawab Alya.

Arga beralih ke jok belakang mobil mengambil sesuatu yang membuat Alya tidak mau berpikir aneh-aneh lagi sejak kejadian tadi "Nih, bawa biar temenin lo" Arga memberikan boneka yang Arga sebut untuk Lisa tadi pada Alya.

"Ha? Bukannya ini untuk Kak Lisa, ya?" tanya Alya sambil bingung menatap Arga.

"Gue bisa beliin Lisa yang lebih mahal daripada dapetan gini" gengsi Arga mengalihkan pandangannya saat menatap Alya tersenyum memeluk boneka yang daritadi gadis itu inginkan.

"Makasih ya.Kak. Setidaknya boneka ini saksi Kakak berjuang dapatin dia untuk aku akhirnya" Alya memeluk boneka itu kembali seperti rasanya memeluk Arga yang kini menerbitkan senyum tipis tanpa sepengetahuan Alya.

Alya berhenti tersenyum, kemudian beralih ke arah Arga yang sudah menghentikan senyumnya "Tadi Kakak bilang bukannya mau lihat matahari senyum ya? Aku sampai lupa tujuan awal saking senangnya" ucap Alya polos.

"Cuman gue yang bisa lihat, barusan aja dia senyum" jawab Arga menatap Alya dengan lekat.

Alya bingung,tak mau kegeeran sehingga menatap Arga aneh. Ia rasa Arga sakit?

Arga berdehem menghentikan kecanggungan antara mereka "Gue balik dulu, lo jaga bonekanya baik-baik karena udah mau nemenin lo sendirian" kemudian melangkahkan kakinya, namun berhenti sejenak menatap Alya-

"Kenapa lagi, Kak?"

Arga menghadap Alya, mengacak lembut rambut gadis tersebut membuat Alya mematung dan menerbitkan senyumannya "Jangan nakal" ucap Arga.

"Kakak udah mulai sayang ya sama aku?"

~~~~~

"Woi bengong aja lo!" gertak Varo melihat Arga yang sedaritadi diam saat masuk kelas.

"Bising, anjing" umpat Arga.

Alva mengedikkan bahu saat Varo menatap padanya bertanya akan sikap Arga yang belakangan ini sedikit aneh?

"Kemana, Ga?" teriak Varo melihat Arga melangkahkan kaki menjauh dari mereka.

"Kantin"

Alva dan Varo segera meluncur mengikuti langkah Arga yang sangat lebar tanpa mempedulikan mereka yang sedang berlari mengejar Arga.

"Buset, lo lagi balapan jalan atau gimana sih bangke" kesal Varo menatap Arga jengah yang sekarang sudah santai duduk di kursi kantin.

"Pesan sana" suruh Arga menatap Alva yang kini masih mengatur nafasnya.

"Pesan sendiri! Gila lo?" geram Alva "Eh, yaudah sini gue pesenin" lanjutnya setelah menatap Arga yang kini telah menatapnya tajam.

"Gece, terserah pesan apa" lanjut Arga kemudian mengedarkan pandangannya.

Varo tersenyum dan menarik ujung baju Alva yang baru bangkit "APA?" teriak Alva pada Varo membuat semua menatapnya termasuk Arga.

"Gue bentak Varo bukan lo. Astaga serem bener tuh muka kayak belum di kasih jatah" lanjut Alva ketakutan melihat wajah Arga.

HEATHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang