Usai kejadian yang sangat memalukan bagi Arga semalam membuat Arga pagi ini menjemput Alya karena kelas mereka yang tidak jauh jam masuknya.
Alya menunggu Arga di depan gerbang kos seperti biasa setelah setengah jam yang lalu namun batang hidung pria tersebut sama sekali tidak muncul padahal kelasnya akan dimulai setengah jam lagi.
"Dimana sih Arga" gumam Alya gelisah takut terkena macet di jalan dan telat lagi ke kelas.
Setelah lima belas menit berlalu, Alya sudah tidak memperdulikan Arga lagi yang selalu membuat telat dan alhasil membuatnya di hukum.
Alya memesan grab online dan menelfon Arga berulang-ulang kali namun sama sekali tidak diangkat pria tersebut.
"Cepat ya Pak" teriak Alya sudah berada di jalan bersama grab online yang ia pesan tadi.
Syukurlah perjalanan hari ini tidak terlalu macet dan Alya menggunakan kereta jadi tidak perlu repot menyelip dari mobil-mobil.
Saat sudah sampai dan sudah membayarnya, pandangan Alya tidak sengaja menatap ke arah mobil sport kuning yang Alya ingat mobil tersebut pernah diceritakan Arga bahwa itu mobil kedua hasil dari uang kerja keras pria tersebut setelah memiliki cafe yang cukup terkenal di kalangan remaja saat ini.
Alya terpaku saat menatap kedua insan yang baru saja keluar dari mobil tersebut telah menjadi sorotan banyak orang.
Lisa dan Arga.
Sekarang Alya mengerti mengapa Arga lupa untuk menjemputnya. Ini bukan yang pertama kali tetapi ini untuk yang kesekian kalinya. Rasanya Alya ingin marah pada Arga dan menangis lalu memaki-maki pria tersebut di depan banyak orang, di tambah lagi saat ini hari merah pada hari pertama membuat emosinya sama sekalin tidak stabil.
Namun, tetap saja ia berusaha untuk menahan emosinya. Meskipun sudah terlambat sekarang karena melihat Arga dan Lisa dari tadi tanpa memikirkan waktunya yang tinggal lima menit.
Dengan dagu ke atas, wajah ke arah depan Alya berjalan melewati Arga dan Lisa yang masih sibuk mengikat tali sepatu gadis tersebut karena hari ini tumben sekali Lisa tidak menggunakan high heels.
Pandangan mata tidak sengaja Arga menatap Alya yang baru melewati dirinya dan Lisa. Tumben sekali Alya mengacuhkannya bahkan sampai tidak melihat kehadirannya. Apa ia marah? Lalu setelah selesai acara mengikat tali sepatu, Lisa menggandeng tangan Arga untuk membawanya ke kantin karena waktu mereka masih ada satu jam lagi.
Alya tidak jadi melangkahkan kakinya ke kelas. Dirinya benar-benar dalam mode gak mood. Bilang saja ia tidak tau diri mengabaikan pacarnya sendiri.
Namun, saat ini Alya hanya ingin menjernihkan pikirannya sendiri. Membuat dirinya lebih tenang dengan menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah berbunyi karena tidak sempat untuk sarapan takut Arga kelamaan menunggu dirinya. Eh tau-taunya terbalik, tidak sesuai ekspetasi Alya.
"Pak mie ayam satu ya pakai sambal yang banyak sama" ucap Alya pada Kang Asep penjual mie ayam di kantin tanpa memperdulikan perutnya yang saat ini sedang dapat padahal dirinya sama sekali belum memakan nasi.
Pesanan Alya datang dengan tepat saat Lisa dan Arga muncul di depan pintu kantin mencari meja kosong membuatnya yang tadi selera makan kini sama sekali tidak ada selera untuk makan.
Mie ayam ia aduk tanpa berniat memakannya, pikirannya kosong padahal baru saja semalam malam malam saat Arga mengantarnya namun siapa sangka pria tersebut membuat dirinya terbang. Namun, hari ini pria tersebut dengan mudahnya membuat jatuh tanpa di hitung terlebih dahulu agar ia bersiap-siap dari awal.
Arga menatap Alya setelah memesan pesanan Lisa. Pria tersebut terkejut untuk kedua kalinya. Ia mendatangi meja Alya tanpa sepengetahuan Lisa yang sedang asik memakan makanannya karena sangat lapar.
"Kenapa pesan itu pagi-pagi?" tegur Arga saat sampai di meja Alya yang sama sekali tidak membuat kepala gadis tersebut mendongak kearah nya. Kini ia di acuhkan oleh Alya untuk kedua kalinya.
"Pengen" jawab Alya seadanya.
"Terus kenapa gak di makan?" tanya Arga lagi berusaha biasa saja.
"Gapapa" jawab Alya lagi kemudian berdiri dan meletakkan kedua sendoknya dengan kasar.
"Mau kemana?" tanya Arga menahan tangan Alya yang ingin pergi dari hadapannya dengan meninggalkan mie ayam di atas meja yang sama sekali belum di sentuh.
"Pergi" jawab Alya melepaskan tangan Arga namun tidak bisa karena genggaman pria tersebut yang sangat keras.
"Lo kenapa lagi sih?!" gertak Arga menatap Alya tajam sekaligus bingung. Mengapa gadis ini selalu tidak bisa ia pahami? Sangat berbeda dengan Lisa!
"Gapapa. Lepas!" ucap Alya masih berusaha melepaskan tangan Arga sehingga membuat mereka berdua menjadi bahan sorotan.
"GAK" bentak Arga membuat Alya terdiam dan mengurungkan untuk melepasan tangannya dengan Arga.
"Gue pusing tau gak sih ngurusin lo!" sambung Arga kini membuat air mata Alya yang sedari tadi ditahan akhirnya lolos.
"Dikit-dikit ngambek, dikit-dikit nangis, dikit-dikit marah, di-"
"SEHARUSNYA KAMU SADAR KESALAHAN KAMU APA?" teriak Alya tiba-tiba memotong ucapan Arga lalu berlari meninggalkan mereka semua yang sedang menatap ke arah dirinya dan Arga.
Arga terdiam setelah di bentak oleh Alya. Arga diacuhkan lagi oleh Alya untuk ketiga kalinya. Saat terdiam, dirinya baru sadar bahwa semalam ia sudah berjanji menjemput Alya tetapi ia melupakannya karena saat fokus untuk menyetir semalam setelah pulang dari rumah Alya, Arga menuju rumah Lisa yang dari tadi menelfon karena orang tua gadis tersebut sedang mendatangi acara pesta dari teman kerjanya yang tidak bisa dilewatkan di luar kota..
Arga tidur di rumah Lisa menemani gadis tersebut karena sendirian. Dirinya tidur di kamar kosong sedangkan Lisa di kamar nya sendiri. Saat sudah pagi hari Arga melupakan janjinya karena Lisa yang mengomel dari pagi-pagi buta membangunkan nya untuk cepat datang ke kampus agar sempat makan di kantin.
Arga merutuki kebodohannya lalu mengusap wajahnya kasar. Ia membeli roti dan air putih untuk di bawa sekaligus untuk mengejar Alya.
"Temenin kita aja Lis, lumayan nih mie ayam Alya belum di makan dia. Berkat kagak boleh di tolak" ucap Alva pada Lisa membuat gadis itu mengurunngkan niatnya mengejar Arga.
"Arga sama Alya ada hubungan?" tanya Lisa tiba-tiba membuat Alva dan Varo yang sedang rebutan mie ayam Alya pun akhirnya berhenti. Bisa saja dua sejoli itu memesan satu gerobak mie ayam namun yang gratisan lebih enak.
"Gak tau" jawab Varo merebut mangkuk dari tangan Alva yang sedang memikirkan jawaban pada Lisa. Biarlah hubungan sahabatnya itu mereka yang umbar sendiri bukan dari orang lain, walaupun sudah jelas mereka memilliki hubungan khusus jika di perhatikan secara teliti.
"Gue takut" gumam Lisa menundukkan kepalanya membuat dua orang laki-laki tersebut mengarahkan kepala mereka menatap Lisa bingung.
"Kenapa?" kali ini Alva bertanya angkat suara.
"Gue takut aja Arga lupain gue" ucap Lisa menatap mereka sendu membuat kedua pria tersebut terkejut memndengar pernyataan yang langsung dilontarkan Lisa kepada mereka tanpa basa basi.
Yang ada dipikiran mereka cuman satu. ALYA!
Bagaimana nasib gadis tersebut jika mendengar pernyataan Lisa sekarang dan apakah pasti suatu saat nanti Arga akan ninggalin Alya hanya karena Lisa? Sudah jelas bukan kalau Arga lebih mengutamakan Lisa dibandingkan Alya dari segala sisi manapun.
"Gue stress" geram Alva memikirkan bagaimana kondisi hubungan Arga padahal seharusnya ia biasa saja bukan? Namun, jika sudah menyangkut sahabatnya ia tidak akan diam walaupun dalam masalah sekecil apapun.
"Sama"
HAI GUYS AKHIRNYA SIAP JUGA HEHEHE
JANGAN LUPA VOTE YA SIAP DIBACA,HARGAI OKEY?
HAVE A NICE DAY SEMUA
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER (END)
Fanfiction🔔[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ]🔔 Alya, si batang kara kini menggantung kehidupan nya dengan Arga. Arga, sipaling berkuasa atas kehidupan Alya setelah insiden yang membuat ia harus bertanggungjawab. Dengan sifat yang sangat possesive dan tempramen...