"Bulan.. Katanya hidup itu indah? Jika memang indah bisa tunjukan dimana letak keindahannya?"
🍁🍁🍁
(2013)
"PERGI KAMU! HIDUP KAMU BISANYA CUMA NYUSAHIN AJA!"
BRAK
Satu tas besar dan satu tas kecil lusuh itu dilempar paksa lalu terjatuh tidak berdaya tepat di hadapan gadis remaja yang bertanya-tanya dalam pikirannya.
"Zal, mending lo pergi aja! Gue malu satu sekolah sama lo! Gue malu punya sepupu kayak lo dan satu lagi, gue benci sama lo karena orang-orang seringkali ngebandingin gue sama lo!"
Dialah, Zalfa Nur Azizha. Gadis remaja dengan hijab yang sudah sedari dulu dia pakai untuk menutupi kepalanya. Wajah dan mata yang bulat ia dapatkan dari Ibunya. Menambah kesan lucu bagi siapa saja yang melihat Zalfa.
Zalfa kini tertunduk, menatap kedua tas itu dengan mata yang sedikit berembun. Meremas satu sama lain jarinya dengan sekuat tenaga, berusaha menguatkan hati untuk tidak membuat mata mengeluarkan airnya.
PLAK
Tidak sampai disitu, Zalfa terhuyung. Masih membendung mata yang berembun tadi. Tangannya dengan susah payah menahan tubuh lemah itu.
"Pergi! Jangan kembali lagi! Jangan panggil saya Bibi lagi!"
Zalfa menyentuh sebelah pipinya yang memanas, bahkan mungkin sudah memerah akibat dari tamparan keras yang diberikan oleh Bibinya barusan.
Zalfa beranjak dan membawa kedua tas itu tanpa sekalipun menatap ke arah Bibi dan Hana, sepupunya.
"Zalfa pamit Bi, terimakasih buat semuanya."
Ucap Zalfa, membuat mata Bibi dan Hana seketika berbinar.
Tidak lama setelah itu, Zalfa menyeret diri. Melangkahkan kaki meninggalkan rumah satu-satunya yang statusnya sekarang pernah ia tinggali. Zalfa tidak tau mau kemana tujuannya, yang jelas dalam pikirannya, Zalfa harus pergi dulu karena mereka yang berstatus "Keluarga" itu sudah sangat muak dengan kehadiran dirinya.
Memang dalam setiap hal selalu terselip baik dan buruknya.
Baiknya, sekarang Zalfa tidak harus takut dan merasa terbebani oleh setiap tamparan, umpatan, pukulan, siraman air dan hal lainnya yang selalu Bibi lakukan hampir setiap pagi bahkan mungkin hari. Zalfa bisa lebih merasa bebas dan hidup seperti apa yang diinginkannya.
Dan buruknya, Zalfa kini harus siap menjadi anak jalanan, ia tidak lagi punya tempat tinggal. Zalfa harus hidup di jalanan tanpa seseorang lain yang menemaninya.
Zalfa sekarang benar-benar sendirian, tanpa siapapun. Ia juga tidak punya tujuan, Zalfa hanya seorang anak berumur 13 tahun yang tidak tau cara mencari uang untuk memenuhi kebutuhan di kehidupan kedepannya.
Zalfa menghela nafas dengan berat, embun yang berada di matanya tidak jadi terjatuh. Zalfa berhasil menahannya dengan sekuat tenaga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beda
FanfictionPertemuan itu, entah memang disengaja atau justru sudah menjadi takdirnya? Zalfa tidak tau apa rencana Sang Pencipta dibalik itu semua. Tuhan memang lebih tau apa yang terbaik untuk Ciptaan-Nya, namun kalau-kalau semua sudah terjadi dan melewati bat...