Hari ketiga;

39 6 0
                                    

"Kamu gak seharusnya kayak gini sih Zal! Katena Jun-Jun itu jelas berasal dari kasta yang lebih tinggi dari kamu!"

🍁🍁🍁

Pagi ini, Zalfa merasa ada sesuatu yang berbeda dengan suasana hatinya. Terasa lebih hangat dari biasanya. Mungkin efek karena mempunyai teman baru lagi.

Tapi Zalfa berpikir lagi, dulu saat pertama kali ia kenal dengan Sinta tidak sampai sehangat ini, apa karena sosok teman barunya itu seperti Jun?

Zalfa kerap kali tersenyum saat menyebut nama Jun. Entahlah, dua hari terakhir ini ia sedikit tertarik dengan tingkah Jun yang begitu luar biasa di matanya.

Jun yang baik, Jun yang humoris, Jun yang selalu tersenyum, Jun yang selalu tertawa dan Jun yang suka menatap itu membuat Zalfa dilanda rasa aneh.

Zalfa suka dengan tingkah Jun. Tapi Zalfa belum tau apakah ia suka juga dengan orangnya?

Di perjalanan ke Restoran itu, otak Zalfa tiba-tiba menampilkan wajah Jun. Matanya yang selalu ikut tersenyum, gaya rambutnya yang terlihat berbeda, karena memang dia blasteran dan wajahnya yang semakin diingat semakin lucu.

Senyum di bibir Zalfa juga ikut mengembang. Tapi buru-buru ditepis dan menghentikan angan di otak Zalfa itu. Kalau memang Zalfa benar-benar menyukai Jun, itu berarti suatu kesalahan besar.

Zalfa tau dan sadar kalau Jun itu bukan laki-laki sembarangan. Tentunya tipe perempuan dia yang setara, bukan Zalfa yang bahkan kastanya berada di jauh lebih bawah dari dia. Maka dari itu, Zalfa tidak seharusnya berharap, menjadi teman saja itu sudah sangat cukup baginya.

***

"Yang bener Zal?"

Hari mulai petang, Zalfa dan karyawan lainnya sudah beres membereskan restoran. Sebagiannya ada yang sudah pulang dan sebagiannya lagi masih ada di depan restoran untuk sekedar duduk santai ataupun mengistirahatkan pikiran juga badan sejenak.

"Iya. Aku harus gimana ya?"

Zalfa sekarang menatap Sinta yang ikut berpikir tentang curhatan yang tadi Zalfa utarakan.

Iya, Zalfa memang sudah niat untuk menceritakan persoalan ini kepada Sinta. Perihal Zalfa yang tiba-tiba merasakan rasa aneh pada Jun. Tak lupa Zalfa juga menceritakan bagaimana Jun dari kepala sampai kaki, sampai seluk beluknya bahkan bagaimana Zalfa dan Jun bertemu pertama kali.

"Pas pertama kali ketemu sama dia, aku kayak punya harapan baru. Dan satu lagi, aku kayak ngerasa kalo kita tuh emang udah kenal lama dari dulu Sin."

Benar, saat pertama kali bertemu. Zalfa memang sudah merasa dekat dengan Jun. Entahlah, seakan pertemuan itu memang sudah di rencanakan.

Zalfa rasa-rasanya sudah merasa tidak asing dengan wajah Jun. Makanya dia mau-mau saja di tolong waktu itu.

"Bisa jadi gak sih? Dulu, sebelum dilahirkan ke dunia, kamu sama si Jun-Jun itu udah di pertemukan dulu?"

Mata Sinta menatap ke langit. Zalfa yang mendengar itu malah jadi terkekeh geli. Sinta ini, jika sudah urusan berkata-kata memang dia yang paling ngada-ngada.

"Masa iya Sin?"

Zalfa menatap Sinta sambil menahan tawa. Sedangkan Sinta masih menatap langit.

BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang