"Sejak kapan dia mengidap penyakit itu Dok?"
🍁🍁🍁
Satu hari berlalu sejak pertemuan Zalfa dengan Jun. Zalfa sekarang banyak melalui hari-harinya hanya di rumah, meski begitu tidak ada hari yang dilewatinya dengan sia-sia, karena sekarang Zalfa sudah selesai membereskan persyaratan melamar bekerja nya.
Ya, Zalfa tidak bisa kalau harus selalu terdiam di rumahnya tanpa bekerja apapun. Kontrakan harus di bayar dan dia butuh makan untuk sehari-hari. Tentu uang tidak akan muncul begitu saja tanpa Zalfa ikhtiarkan.
"Semoga lowongan kerjanya belum di ambil sama orang."
Kemarin Zalfa berkeliling ke tiap sudut kota, mencari toko-toko yang biasanya memang membuka lowongan pekerjaan di kotanya. Pandangannya terarah pada satu toko pakaian yang di depan pintu kacanya tertulis "membutuhkan kasir", maka dari itu, Zalfa akan mencobanya.
Zalfa bercermin, merapihkan pakaian dan Jilbab yang di pakainya. Menghapus sedikit polesan di wajahnya karena dianggap terlalu mencolok, padahal dia hanya memakai bedak dan sedikit lipbalm di bibirnya.
Saat tengah fokus dengan dirinya di cermin, matanya tiba-tiba melihat ke arah kening. Zalfa menyentuh keningnya perlahan, mengingat perlakuan Jun beberapa waktu lalu padanya. Kening itu yang beberapa waktu lalu di kecup sebentar oleh Jun. Zalfa benar-benar tidak menyangka Jun akan melakukan hal seperti itu padanya, namun saat itu juga Zalfa merasakan kalau kasih sayang Jun padanya itu sangat tulus.
"Bismillaah."
Setelah semuanya siap, Zalfa berniat untuk segera pergi ke tempat tersebut. Zalfa menutup pintu dan menguncinya.
Zalfa menghela nafas, mencoba untuk menenangkan dadanya yang sekarang terasa sakit kembali. Entahlah, saat malam tadi bukan hanya sakit dada yang dia rasakan namun dengan sakit di kepalanya yang agak berkepanjangan.
Meski begitu, Zalfa harus kembali menguatkan dirinya. Dia harus bisa punya kerjaan lagi tentunya untuk menghidupi kehidupannya kelak.
Zalfa berusaha menyunggingkan senyum di bibirnya. Berusaha tidak menghiraukan sakit di dadanya dan berusaha untuk selalu kuat hingga kapanpun, selama dia berpijak di dunia ini.
***
"ASTAGA YA AMPUN, YOSHI KOK BODOH SI LO?"
"NAPA JADI GUE ANJIR?"
"HEH APA SI RIBUT-RIBUT? TERIAK-TERIAK LAGI!"
Jun baru turun dari ruangannya, bermaksud untuk menemui David dan Yoshi yang sekarang malah sedang berteriak-teriak tidak jelas.
"Astaga, bisa-bisanya gue."
David terlihat tidak terkendali. Kesana kemari mencari-cari sesuatu. Bahkan meja kerja milik Yoshi saja di ubrak-abrik tidak jelas.
"Kenapa sih lo?"
Yoshi yang melihat meja kerjanya berantakan sangat shock.
"Dokumen yang disuruh di kerjain sama Kak Danny lupa gue bawa anjir. Di rumah ih, gimana ya? Buset deh ini otak tidak bisa di andalkan sekali."
Yoshi dan Jun saling menatap satu sama lain, menahan tawa melihat David yang memang seperti orang gila.
"Wah, mampus lo. Tadi Kak Danny katanya mau kesini, mau nanyain dokumen itu."
Jun memasang wajah menakut-nakuti pada David. Tidak lupa, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk David agar aktingnya terlihat lebih natural.
"Cepet ambil sono Dav, entar kalo Kak Danny marahin lo gue pasti kena cipratannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Beda
Hayran KurguPertemuan itu, entah memang disengaja atau justru sudah menjadi takdirnya? Zalfa tidak tau apa rencana Sang Pencipta dibalik itu semua. Tuhan memang lebih tau apa yang terbaik untuk Ciptaan-Nya, namun kalau-kalau semua sudah terjadi dan melewati bat...