Pertemuan dan Perpisahan;

42 4 0
                                    

"Main petak umpet yuk Jun?"

🍁🍁🍁

Sore ini, tepatnya di Hari Minggu. Jun sudah siap dengan pakaian terbaiknya. Bukan terbaik, karena Jun memang selalu memakai pakaian yang pantas dan nyaman di tubuhnya. Mungkin yang menjadikannya terbaik adalah karena sore ini Jun sudah berjanji untuk bertemu dengan Zalfa.

Seperti biasa, di Taman. Tempat mereka pertama kali bertemu di tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun yang bahkan masih begitu lugu bagi mereka untuk mengerti apa maksud dari pertemuan di masa selanjutnya.

"Ma, Jun pamit ya?"

Jun merapihkan jaket yang di pakainya. Mama yang mendengar suara Jun dengan agak menggema itu akhirnya menghampiri Jun, karena sebelumnya Mama ada di dapur, sedang menemani Danny makan.

"Iya, mau ketemu Zalfa?"

Jun yang mendengar itu tersenyum lebar sambil mengangguk lalu mencium pipi Mama nya dengan gemas. Mama yang di perlakukan seperti itu hanya terkekeh sambil sedikit mengacak-ngacak rambut Jun.

"Hati-hati, sampein salam dari Mama ya? Suruh main lagi kesini."

Mama tersenyum mengelus pipi Jun, Mama begitu menyayangi Jun seperti yang dirasakan oleh Mama lainnya yang juga menyayangi anaknya di dunia ini. Mama tidak ingin kalau sampai Jun kehilangan kebahagiaannya, namun Mama sebenarnya tidak yakin kalau hubungan Jun dan Zalfa akan bertahan lama.

"Iya Ma."

"SAMPEIN SALAM JUGA DARI GUE!"

Terdengar teriakan Danny dari arah dapur. Mama menunjuk ke arah dapur dengan dagunya, sementara Jun terkekeh.

"GAK MAU, KALO BUAT LO NITIP SALAM NYA BAYAR!"

***

Zalfa menunggu, merasakan angin berhembus dengan begitu tenang menghampiri tubuhnya. Berulang kali Zalfa menyentuh dadanya, kalau boleh Zalfa jujur, disana masih terasa begitu menyakitkan.

Namun, Zalfa kembali ingat, ia harus bisa menahannya ketika nanti bertemu dengan Jun. Jun tidak boleh mengetahui soal penyakit Jantungnya itu. Jun juga tidak boleh sampai tau apa yang dirasakannya selama ini.

Sebenarnya, Zalfa yang pertama kali mengajak Jun untuk bertemu hari ini karena di hari sebelumnya, dia sudah menyetujui saran yang keluar dari bibir David. Setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya David menyarankan Zalfa untuk menjalani perawatan saja di Rumah sakit, agar bisa ditangani dengan lebih intensif.

Zalfa awalnya memang tidak setuju, namun karena paksaan dari David dan perkataan dari Dokter yang menjelaskan lebih detail tentang penyakitnya itu, Zalfa jadi menimbang-nimbang lalu menyetujuinya. Terlebih David selalu membawa-bawa nama Jun ketika mencoba membujuknya untuk setuju.

Mungkin bisa di bilang, ini hari terakhir Zalfa bertemu dengan Jun. Karena kenapa? Karena mulai besok, dia sudah harus mengemasi barangnya dan menjalani perawatan di Rumah sakit. Zalfa merasa tidak enak dengan David yang begitu baik padanya, namun kata-kata David selalu bisa menenangkannya, "Santai, buat kesembuhan lo dan kebahagiaan Jun."

"Hap!"

Seseorang menutup mata Zalfa dengan tiba-tiba. Buru-buru Zalfa mengubah raut wajahnya, dan sudah menyangka siapa pemilik tangan itu.

"Jun.. ayo sini duduk."

Kata Zalfa sambil berusaha tersenyum meski dirinya membelakangi Jun. Jun yang mendengar itu terkekeh, melepaskan tangannya dari mata Zalfa lalu cepat duduk di samping wanita itu.

"Kita cari tempat yang lebih aman yuk? Soalnya mendung, pasti bentar lagi hujan."

Jun memandang langit, memanh benar. Langit sore ini terlihat sedang tidak bersahabat seperti biasanya. Warna abunya itu mampu membuat setiap orang yang melihatnya jadi was-was, takut-takut tiba-tiba hujan mengguyur.

BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang