"Satu restoran lagi! Bismillaah. Kamu bisa Zal."
🍁🍁🍁
(2017)
Zalfa keluar lagi dari restoran yang baru saja ia masuki. Tebak apa yang terjadi? Zalfa di tolak lagi. Dengan alasan yang sama, pihak dari restoran tidak mau mengambil resiko mempekerjakan anak di bawah umur seperti Zalfa.
Hari itu, Zalfa masih berumur 17 tahun kurang sedikit. Meskipun begitu, Zalfa belum genap berumur sesuai dengan persyaratan melamar bekerja yang seharusnya. Bahkan tidak sedikit dari pihak restoran yang pernah ia datangi berkata bahwa seumuran Zalfa harusnya sedang sibuk-sibuknya belajar.
Tapi Zalfa kan tidak punya uang, jadi dia hanya mengangguk saja sambil tersenyum.
Sebenarnya, bukan sekali dua kali Zalfa bulak-balik dari restoran ke restoran lain untuk mencari pekerjaan baru. Ditolak dengan alasan yang sama tentunya dan sudah berkali-kali.
Walaupun begitu Zalfa tidak mau menyerah. Dia tidak mengeluh, di pikirannya bukankah sekecil apapun kesempatan akan ada bagi yang mau mencoba dan bertahan?
Sebelum memutuskan untuk mencari pekerjaan baru, Zalfa ternyata sudah pernah mendapat pekerjaan dulu, sejak di usir dari rumah pada beberapa tahun yang lalu.
Menjadi asisten rumah tangga adalah pilihan yang terbaik saat itu. Coba dipikirkan, anak tiga belas tahun yang seharusnya mendapatkan pendidikan namun dipaksa untuk menghadapi kekejaman dunia itu bisa apa? Punya bakat apa? Hanya Ijazah Sekolah Dasar yang ia punya bukan?
Maka dari itu, Zalfa tidak peduli. Tujuannya saat itu hanya harus bertahan hidup hingga hidup serba berkecukupan yang sebenarnya benar-benar menghampiri Zalfa.
Bukan mudah juga dulu bisa mendapat pekerjaan asisten rumah tangga, Zalfa butuh banyak perjuangan berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya, benar-benar satu hal yang menyusahkan.
Namun pada akhirnya hasil tidak menghianati usaha, ada satu keluarga yang dengan tulus menerima Zalfa untuk bekerja di rumahnya. Meski sebenarnya keluarga itu agak ragu, namun seiring berjalannya waktu, Zalfa pun berhasil dipercaya.
Dari bekerja disana, bersyukurnya Zalfa bisa menyambung hidup untuk memenuhi semua kebutuhan, Zalfa juga mendapat kontrakan, uang bulanan yang teratur dan tentunya makanan yang lebih bergizi dari tahun sebelumnya.
Sekitar satu tahun lebih Zalfa bekerja di sana, ada baiknya juga buruknya, namun tetap di syukuri.
Hingga di tahun berikutnya Zalfa memutuskan untuk berhenti. Bukan karena apa-apa, melainkan ia merasa bahwa sudah sangat cukup bekerja di sana.
Selain itu, jiwa muda Zalfa juga ingin mencoba hal baru, mengenali dunia yang sebenarnya dengan perasaan yang tenang. Dan bekerja di tempat lain agar mendapat pengalaman baru yang bisa saja lebih menyenangkan.
Zalfa menghela nafas panjang, terduduk di sebuah kursi taman yang berada di pinggir jalan. Mengeluarkan buku kecil dari tas yang tadi digendong-gendong itu lalu mencoret dan menulis semua tujuan.
Zalfa lalu meminum air yang dibawa langsung dari kontrakan. Ia hanya ingin lebih menghemat uangnya, selagi air minum banyak di kontrakan, kenapa harus beli diluar?

KAMU SEDANG MEMBACA
Beda
FanfictionPertemuan itu, entah memang disengaja atau justru sudah menjadi takdirnya? Zalfa tidak tau apa rencana Sang Pencipta dibalik itu semua. Tuhan memang lebih tau apa yang terbaik untuk Ciptaan-Nya, namun kalau-kalau semua sudah terjadi dan melewati bat...