"Kok kamu nangis?"
🍁🍁🍁
"Kak, gue balik ya?"
Jun menatap arloji yang melingkar di tangannya. Sudah sore, Ia sudah agak muak dengan setiap dokumen yang di berikan oleh Danny, Kakaknya.
"Harusnya lembur, liat tuh, tugas lo masih banyak banget buat ngedit."
"Gue bawa pulang deh, nanti malem gue kerjain. Gitu aja ribet."
Jun sudah lebih dulu membereskan barang-barangnya. Jujur saja, di hari pertamanya bekerja ini ia merasa lelah. Butuh istirahat dulu dan harus ke Taman masa kecilnya untuk mendapatkan ketenangan.
"Yaudah sono, awas aja besok kalo belom beres."
Berbeda dengan Danny, ia sore-sore begini masih berkutat dengan laptop didepannya. Dia merupakan calon direktur Utama di perusahaan ini, menggantikan posisi Appa nya.
Danny ini sebenarnya punya cita-cita yang berbeda dari kemauan Appa nya. Yakni menjadi seorang pemain sepak bola, namun mimpinya harus tertunda karena dia terpaksa memilih jalur yang beda dari cita-citanya.
Mau tidak mau, Danny harus sabar dan rela menjalani hari-harinya untuk meneruskan perusahaan Appa nya. Sesuai keinginan Appa, Demi Appa, Danny tentu merasa fine-fine saja.
"Oke siap bos. Gue duluan ya!"
Setelah itu Jun buru-buru pergi dari ruangan. Menyisakan Danny yang geleng-geleng kepala, aneh dengan kenyataan mengapa dia punya adik seperti Jun.
"Dav! Shi! Gue duluan!"
Jun berlari menuruni tangga, lalu berpamitan kepada David dan Yoshi yang sama-sama sedang membereskan barang-barangnya. Untuk pulang ke rumah masing-masing.
Mereka tidak sempat menjawab karena Jun sudah lebih dulu menghilang dari hadapan mereka.
Secepat kilat, seperti mempunyai kekuatan super.
"Datang akhir, pulang awal."
"Cakep mas pantun!"
"Dasar anak kadal."
Yoshi menahan tawa saat David berkata receh mengejek Jun yang memang datang ke perusahaan akhiran, namun urusan pulang malah lebih awal.
"Mending anak kadal atau anakonda?"
Yoshi ingin nimbrung humor receh David, namun David berekspresi datar menatap Yoshi.
"Ngadi-ngadi lu Yosh."
***
Jam menunjukan pukul lima lebih tiga puluh menit. Jun baru saja sampai di taman masa kecil nya. Ia lalu duduk cepat di salah satu kursi taman yang memanjang.
Jun menghirup nafas panjang, menahan dengan sekuat tenaga lalu perlahan membuangnya. Melakukan itu beberapa kali hingga dirinya merasa nyaman dan tenang.
Bulan ini, September.
Bulan ini, di tahun yang berbeda. Tiga tahun yang lalu, Appa nya menghembuskan nafas terakhir.
Saat itu, Jun sedang sibuk-sibuknya mengurusi Ujian akhir di Sekolah Menengah Atas. Jun masih ingat betul saat wajah Appa nya tersenyum hangat menatap Jun, Danny juga Mama dengan penuh harapan.
Menaruh kepercayaan, sebelum akhirnya Appa benar-benar menutup mata dengan perlahan dan berada dalam titik paling tenang di sepanjang hidupnya.
Jun menunduk, dia mencoba menghentikan memori nya yang cepat sekali dalam mengingat itu. Matanya menatap sekitar, mencoba mengganti, memutar kembali memori indah yang pernah terukir di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beda
FanfictionPertemuan itu, entah memang disengaja atau justru sudah menjadi takdirnya? Zalfa tidak tau apa rencana Sang Pencipta dibalik itu semua. Tuhan memang lebih tau apa yang terbaik untuk Ciptaan-Nya, namun kalau-kalau semua sudah terjadi dan melewati bat...