Sekretaris Baru;

31 7 23
                                    

"Tapi saya gak butuh sekretaris."

🍁🍁🍁

"Jun.. sarapan dulu sayang."

Mama menegur Jun yang baru saja memunculkan dirinya di ruang makan. Jun yang di tegur itu melangkah cepat ke arah Mama nya dan memeluk dengan erat.

"Ma, maafin Jun yang kemaren ya?"

Mama yang sedang menggoreng telur itu tersenyum, mematikan kompor lalu mengusap-ngusap tangan Jun yang melingkar di perutnya.

"Gakpapa, gak usah kamu pikirin. Kamu gak salah kok, gak usah minta maaf."

"Tapi Jun ngerasa gak enak."

Mama terkekeh, "Ini masih pagi lho, kamu mau buat Mama nangis?"

Jun melepaskan pelukannya, "Iya-iya. Makasih banyak ya Ma."

Mama merubah posisinya, menghadap Jun dan mengusap wajahnya, "Udah sana cepet sarapan."

Jun tersenyum, semalaman dia memikirkan tentang kelakuannya kemarin malam ke Mama juga Danny. Ia baru bisa tenang setelah mengatakan hal barusan.

Disini, Jun yang salah. Dia yang terburu-buru tersulut emosi tanpa mendengarkan apa yang akan Mama dan Danny katakan kemarin. Padahal kan niatnya kemarin ingin menghargai.

"Lapar ya lo?"

Danny datang dengan tangannya yang di masukan ke saku celana. Matanya menatap Jun dari atas sampai bawah.

"Udah Danny, mending sarapan."

"KAKAAAAK!"

Tidak disangka, Jun mendekat ke arah Danny lalu memeluknya erat juga, seperti yang tadi dia lakukan ke Mama. Danny yang dipeluk erat itu, merasa cringe namun akhirnya tersenyum.

"Maafin adikmu ini ya Kak?"

"Apa si lo? Udah kek di drama kolosal aja."

"Adikmu jahat Kakak."

"Adikku monyet."

PLAK

Jun melepaskan pelukannya lalu menggeplak bahu Danny asal. Mama tertawa melihat itu. Sementara Danny mulai duduk di kursi meja makan.

"Udah, lo gak usah mikirin yang kemaren. Gue tau lo cape, makanya lo kayak gitu."

Jun ikut duduk di kursi meja makan itu, "Makasih ya? Baru hari ini gue bisa bersyukur sama tuhan karena lo ditakdirin jadi kakak gue."

"Tuh ma! Liat kan ma? Kelakuan si anak durjana itu?"

Danny menunjuk Jun dengan nada yang di dramatisir. Jun dan Mama tertawa kompak mendengar itu.

"Udah-udah, sarapan heh, bercanda mulu."

***

"Jun!"

Yoshi berteriak dari arah meja kerjanya.

Jun yang baru saja datang menoleh, menatap Yoshi yang sekarang mendekat menghampiri Jun.

BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang