"Ini mimpi kan?"
🍁🍁🍁
"BANGSAT LO!"
BUGH
"LO KENAPA GAK NGOMONG KE GUE SOAL INI BANGSAT?!"
BUGH
"Jun, udah Jun. Sabar, sadar!"
Danny menahan tubuh Jun yang sekarang kehilangan kontrol. Sementara Yoshi membantu David untuk berdiri karena baru saja ia berhasil di pukuli oleh Jun.
Sesuatu terjadi, Jun tidak sengaja mendengar percakapan antara David dan seseorang di telpon. Seseorang di telpon itu dengan jelas mengatakan nama Zalfa. Tanpa pikir panjang lagi, dari sana Jun berpikir kalau itu memang benar Zalfa-nya.
Jun bertanya pada David, menyuruh David untuk menceritakan hal yang sebenarnya. Jun benar-benar memaksa, hingga akhirnya David pun bercerita semuanya. Tentang Zalfa yang mengidap penyakit dan tentang Zalfa yang dirawat tanpa sepengetahuan darinya. Apa respon Jun? Dia memukuli David habis-habisan.
Jun heran, kenapa David menyembunyikan keadaan Zalfa padanya?
"Dia dimana sekarang? Keadaannya gimana?"
Tanya Jun.
Matanya memerah, menatap Mama dengan tatapan yang lesu. Jun ingin menangis, namun dia harus kuat di depan Mama nya. Mama yang melihat Jun seperti itu hanya tersenyum sambil berlinang airmata.
"Dia udah gak ada Jun."
"Astaga."
Yoshi menutup mulutnya kaget, menatap David yang mengatakan itu sambil menunduk. Danny juga sama kagetnya, ia semakin memeluk erat tubuh Jun.
"Sayang.."
Mama perlahan menghampiri Jun, mengusap kepalanya yang masih terasa hangat itu. Benar-benar menangis, prihatin dengan keadaan Zalfa.
"Gak ada gimana maksud lo?"
Pikiran Jun bercabang, ia tidak tau harus mempercayai David atau tidak. Hatinya menolak, ia tidak ingin kehilangan Zalfa begitu saja.
"Dia udah meninggal Jun."
***
Jun berlari, melewati setiap ruangan dan koridor yang ada di sana. Matanya masih saja memerah, menahan airmata untuk tidak jatuh. Ia tidak peduli lagi dengan sakit yang ada di badannya, ia harus menemui Zalfa untuk terakhir kalinya.
Jun benci berpikiran seperti itu, namun kenyataan tampaknya benar-benar membuatnya membenci semesta.
Kenangan-kenangan yang ada di otak Jun kembali terputar, rasa-rasa bahagia yang selalu ia rasakan begitu membekas. Seiring dengan mengingat bagaimana dulu dia bertemu dengan Zalfa. Pertemuan manis yang mengantarkan dia dan Zalfa sampai dapat bertemu lagi di masa selanjutnya.
Semua itu kini hanya gambaran, karena Jun tidak akan pernah lagi melihat senyum yang dimiliki oleh Zalfa.
"Zal.."
Suara Jun gemetar. Kakinya perlahan memasuki ruangan yang sudah di arahkan oleh David tadi. Disana terdapat Dokter Asahi yang juga sama kehilangannya.
"Jun ya?"
Tanya Dokter Asahi.
Jun yang mendapat pertanyaan seperti itu mengangguk sopan ke arah Dokter Asahi. Dokter Asahi tersenyum menatap Jun, "Persis dengan apa yang selalu di ceritakan oleh Zalfa."
Jun mengernyitkan dahinya heran, maksud dari perkataan Dokter Asahi ini apa?
"Ketika saya menangani Zalfa, Zalfa selalu bercerita tentang laki-laki bernama Jun. Jun yang manis, Jun yang baik dan Jun yang selalu membuat Zalfa tersenyum maupun tertawa. Saya selalu penasaran dan bertanya-tanya dengan wujud aslinya dan sekarang.. Kamu datang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Beda
FanfictionPertemuan itu, entah memang disengaja atau justru sudah menjadi takdirnya? Zalfa tidak tau apa rencana Sang Pencipta dibalik itu semua. Tuhan memang lebih tau apa yang terbaik untuk Ciptaan-Nya, namun kalau-kalau semua sudah terjadi dan melewati bat...