Saat ini;

164 17 0
                                    

"Tadi Jun liat ada perempuan tidur di jalan."

🍁🍁🍁

(2021)

Handphone itu memutar musik. Musik yang bernada menyemangati, membuat yang mendengarnya seakan ikut menari.

"Widih, gila. Semangat banget gue hari ini."

Seorang Pria berumur dua puluh satu tahun itu terlihat menatap wajahnya sendiri di layar Handphone nya yang tengah mati. Sedikit bergaya, menyibak-nyibak rambut lalu tersenyum-senyum sendiri.

Dia lalu menatap bingkai foto. Foto itu, foto yang di ambil beberapa tahun kebelakang. Foto itu tetap disana, sudah sejak dari dahulu. Tidak pernah berganti posisi ataupun dipindahkan, hanya selalu di bersihkan oleh pemiliknya.

Bibir Pria itu tersenyum, melihat foto seorang anak yang masih berumur tiga belasan tahun kala itu. Wajahnya tak jauh beda dengan yang sekarang, hanya sedikit, ketampanan nya bertambah agak banyak tahun-tahun ini. Itu yang ada di pikirannya.

Ekspresi anak yang berada difoto itu tengah tersenyum ke arah kamera, tatapan polos anak Sekolah Menengah Pertama yang begitu menggambarkan segalanya. Iya, segala yang ada di kehidupannya.

"JUN GIOVANNI! LO PASTI BISA HARI INI!"

Dia lalu berseru heboh di dalam mobilnya sendiri. Sambil sesekali menyombongkan diri dengan memegang kendali stir hamya dengan satu tangan.

Itulah namanya, Jun Giovanni.

Namanya campuran dan bagi sebagian orang terdengar aneh. Namun, bukannya setiap nama itu punya karakteristik yang berbeda-beda ya?

Jun Giovanni yang akrab dipanggil dengan Jun itu adalah seorang pria keturunan Korea-Indonesia yang dimana sudah sejak kecil tinggal di Indonesia, yang tak lain dan tak bukan adalah negara Mama nya.

Dia lahir di Negara ginseng, namun setelah umurnya menginjak tiga tahun, Appa (Ayah)nya, memboyong semua keluarga dan memutuskan untuk tinggal di Indonesia saja.

Selain itu, Appa Jun adalah seorang pebisnis terkenal di Indonesia, terkenal karena jatuh bangunnya dalam membangun bisnis dari nol hingga akhirnya sekarang sudah mempunyai perusahaan sendiri dan bercabang dimana-mana.

Maka dari itu, Appa Jun memilih untuk tinggal di Indonesia saja dan memilih untuk pergi ke negara asalnya saat hari-hari penting.

Kembali lagi ke Jun, mata dia cukup menggambarkan bahwa dia itu adalah seorang blasteran, sipit. Putih, kulitnya. Rambutnya terlihat lembut dan hitam juga perawakannya yang tinggi dan ideal itu kerap kali membuat setiap wanita mengalami kerusakan jantung.

Belum lagi, kalau Jun sudah menunjukan senyum andalannya, mereka mungkin pingsan di tempat dengan mata yang masih menatap. Ah itu mah cuma bayangan Jun saja!

Dengan melihat foto berbingkai itu, ingatan Jun mampu mengingat semua hal yang terjadi di masa itu.

(Tahun, 2013)

"Nak, nanti kalo kamu udah lulus SMA, keluar malam-malam gini gak perlu di anter lagi sama Appa."

Jun kecil yang tengah bersama Appa nya di mobil mengernyitkan dahi.

"Lama banget Pa, Jun baru aja SMP, bukannya kalo udah lulus SMP juga bisa ya?"

Seingat Jun, tidak hanya harus orang dewasa yang bisa mengendarai mobil seperti Appa nya. Jun ingat betul, Kakaknya, Danny. Dia di kadoi mobil saat baru menginjak umur 17 tahun kemarin.

BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang