"Kak? Dompetnya ketinggalan."
🍁🍁🍁
(2020)
Tahun itu, tahun ketiga Zalfa bekerja di restoran. Hari itu pengunjung bertambah pesat ketika minggu lalu atasan Zalfa berinisiatif menyuruh untuk menambah menu baru juga menurunkan sedikit harga.
Memang sudah menjadi kebiasaan dan strategi kalau-kalau restoran sepi pengunjung, maka atasan harus membalik otaknya agar restorannya kembali ramai oleh banyak pengunjung.
"Zal, meja 2 udah di bersihin belom?"
Tanya Riska, daritadi dia sibuk mengontrol tiap meja dan menanyai nya kepada karyawan ataupun karyawati lainnya.
"Udah, ini tinggal meja 1."
Zalfa menatap Riska yang sekarang terlihat kalang kabut, Riska hanya balas menggangguk.
"Tenang aja Ris, jangan panik gitu dong."
Sambil mengelap meja itu Zalfa agak menghibur Riska. Riska yang merasa dirinya dihibur cuma nepuk-nepuk punggung Zalfa.
"Kamu yang harus tenang, pasti cape ngebersihin meja daritadi."
Akhirnya, Riska tertawa. Zalfa yang mendengar tawa itu ikut tertawa juga.
"Zal! Pesanan di meja 3!"
Zalfa yang sebelumnya sedang bersih-bersih di meja lainnya dan bahkan bercanda dengan Riska langsung mendongak, itu suara atasan yang berteriak.
"Udah cepet sana, nanti ngamuk."
"Hahaha."
Zalfa hanya tertawa dan sehabis itu berlari, membawa dulu makanan yang di pesan dan disajikan ke meja pelanggan lainnya.
"Selamat menikmati."
Zalfa tersenyum ramah. Memang sudah menjadi kebiasaan baginya ataupun karyawan dan karyawati lainnya untuk selalu mengedepankan senyum dan akhlak kepada para pelanggan.
Siapapun itu.
Respon Para pelanggan juga berbeda-beda. Ada yang sama baiknya ikut tersenyum, namun ada juga yang tidak berekspresi alias biasa saja. Tidak apa, Zalfa pun sudah merasa biasa.
"Zal, meja 8 udah beres. Langsung bersihkan ya mejanya."
Itu perintah Atasan lagi, Zalfa benar-benar akan merasakan kesakitan di seluruh tubuhnya nanti malam.
"Siap!"
Tubuh kecil Zalfa itu kembali berlari, sesekali mengangguk ramah pada pelanggan yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Otaknya berpikir cepat dan akhirnya menghampiri meja delapan yang posisinya memang agak di belakang.
Jadi, restoran itu hanya mempunyai satu lantai. Satu lantai yang lebar dan luasnya terbilang luar biasa. Satu meja yang bisa menampung satu keluarga totalnya hanya ada delapan.
Sedangkan meja-meja kecil, yang biasanya di pakai oleh remaja-remaja, totalnya sepuluh.
Tidak masalah untuk berlari, karena kaki kecil Zalfa mampu untuk menjangkau meja manapun sejauh apa yang ada di restoran ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beda
FanfictionPertemuan itu, entah memang disengaja atau justru sudah menjadi takdirnya? Zalfa tidak tau apa rencana Sang Pencipta dibalik itu semua. Tuhan memang lebih tau apa yang terbaik untuk Ciptaan-Nya, namun kalau-kalau semua sudah terjadi dan melewati bat...