Vote dan komentarnya jangan lupa.
Kalau ceritanya bosenin kasih tahu ya.
Terima kasih, selamat membaca.****
Pukul delapam malam. Naya baru keluar dari gedung kantornya. Wajahnya terangkat menatap langit sesaat. Malam ini rupanya langit kembali menangis, namun tidak sederas kemarin.
Satu hal yang Naya baru ingat, dia tidak membawa payung. Dan tadi sore, Ghani mengatakan padanya tidak bisa menjemput dengan alasan akan mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temanya.
Naya nekat menerobos tangisan langit dengan meletakkan ke dua telapak tangannya di atas kepala untuk melindungi tubuh dan pakaiannya menuju halte. Meski Naya tahu, jika hal yang dilalkukannya itu hanya akan sia-sia saja.
Sepanjang kakinya melangkah, ingatan Naya tidak lepas dari peristiwa di apatermen Bian tadi siang.
Bagi Naya, selama hidupnya, Bian adalah laki-laki asing pertama yang memeluknya selain Damar. Sekelumit rasa bersalah pada sang kekasih menyeruak dalam dadanya. Naya terus meyakinkan dirinya, jika hal yang terjadi dengan Bian tadi bukan termasuk pada suatu perselingkuhan. Tetapi hanya sebuah ketidak sengajaan.
Naya memejamkan mata sesaat, berusaha mengenyahkan hal tersebut dari kepalanya.
Sembari menunggu angkot, Naya mengalihkan pikirannya pada rintik-rintik yang tersinari bias lampu jalanan. Sementara sang waktu terus bernjak malam.
Lima menit menunggu, akhirnya angkot itu datang. Naya menarik nafas lega setelah berada di dalam angkot. Meskipun sebagian pakaiannya sedikit basah.
Tetapi, belum jauh angkot yang dia naiki memutarkan roda-rodanya. Naya langsung meminta berhenti.
"Pak, kiri Pak!" Naya mengetuk bagian atas angkot beberapa kali agar berhenti.
"Disini Neng?" tanya sang supir.
"Iya Pak." Naya segera turun dan membayar ongkosnya. "Terima kasih ya, Pak."
"Iya Neng, sama-sama."
Naya memutar tumitnya saat Cafe yang menjadi tujuannya seolah berbisik dari jauh memanggil-manggil namanya untuk segara datang menikmati coklat hangat sebelum benar-benar pulang.
Cafe tersebut juga merupakan tempat pertama kalinya dia dan Damar bertemu setelah dari pendakian gunung Gede Pangrango, tiga tahun lalu.
***
Dengan suasana hati yang jauh lebih baik, Naya membawa satu cup coklat hangat keluar dari dalam Cafe.
Gerimis yang masih turun menahan Naya lebih lama di sana. Dia duduk di kursi beranda Cafe yang menghadap langsung ke jalanan. Kedua bola matanya memandangi lalu lalang kendaraan yang tidak terlalu padat seperti biasanya.
Naya mulai menyesap coklat hangatnya sedikit demi sedikit dengan tenang.
Beberapa detik kemudian, hangat dari coklat yang dia sesap menjalarkan rasa hangat ke seluruh bagian tubuhnya.
"Yang tadi, lupakan. Saya tidak bermaksud."
Naya tiba-tiba tersedak sampai terbatuk-batuk di kala perkataan Bian dengan kurang ajarnya terngiang-ngiang lagi.
"Ya Tuhaaan, kenapa masih ingat aja, sih!" Naya memukul-mukul kecil kepalanya. Dan tanganya tidak sengaja memegang cup coklat agak kuat hingga coklat dalam cup memercik keluar, mengenai sedikit kemejanya.
"Aduh, yah. Yah," Naya mendesah kesal, melihat kemejanya kotor. "Ceroboh banget sih, Naya!" rutuknya pada diri sendiri. Dengan satu tangan dia mengusap-usap bagian yang kotor pada kemejanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/273007726-288-k381197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
almost 30
ChickLit"Menikah sebelum memasuki usia tiga puluh, haruskah?" Naya, seorang staff salah satu wedding planner ternama di kota Bandung mempunyai target pencapaian sebelum usia 30 dengan menikah. Namun, kisah cintanya dan Damar menemukan ujian. Orang tua Damar...