Bab 31

7.4K 729 16
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa, terimakasih. Selamat membaca.

Hati-hati, typonya banyak. 😅

***

"Lama banget loh, saya nunggu kamu."

Naya tetap sabar walaupun acara misuh-misuh Bian masih berlanjut.

"Maaf, Mas. Tadi saya ada keperluan mendesak yang tidak bisa saya ceritakan," tuturnya. Helaan nafas pun terdengar dari Bian yang duduk di seberangnya.

"Baiklah, saya tidak akan bertanya urusan kamu itu apa. Tapi kamu harus tahu, tadi saya ke rumah kamu," ucap Bian memelan di akhir kalimatnya."Kamu, sudah tahu berita tentang-"

"Sudah, Mas." Naya menyahuti dengan cepat.

Bian mengangguk mengerti, namun kedua alisnya mengkerut nyaris menyatu saat respon Naya yang terkesan biasa saja.

"Saya akan kesana. Kalau kamu mau ikut, kita berangkat sama-sama."

"Apa saya pantas berada di sana?"

"Kenapa kamu berbicara seperti itu?"

Naya hanya tersenyum, namun sangat tipis. Setipis rasa percaya dirinya.

"Apa kalian berdua sedang tidak baik-baik saja?" Bian mencoba menggali lebih dalam tentang hal yang selalu Naya tutup-tutupi.

"Lebih dari itu, Mas." Naya memberikan sedikit gambaran."Diantara kami berdua ada sesuatu hal yang cukup rumit dan tidak bisa terus kami paksakan."

Bian menegakkan punggungnya. Menatap Naya lebih serius dari sebelumnya."Apa benar kalian sudah putus?" tanyanya setengah memancing Naya untuk jujur.

Naya membalas tatapan Bian lalu berkata."Apakah suatu hubungan tanpa restu dapat berjalan baik-baik saja, Mas?"

"Kemungkinan besarnya tidak. Tetapi, jika diantara kalian saling memperjuangkan bisa saja tetap bertahan."

"Dan sanyangnya, dari kami hanya satu pihak saja yang memperjuangkan."

Bian tertegun cukup lama.

"Jadi, karena ... Maaf." menarik lagi kata-kata yang sudah terolah dalam kepalanya. Bian tidak ingin Naya tertekan.

"Jadi, Damar sudah menceritakannya?" ucap Naya sekenanya.

"Tanpa bagian restu, dia tidak pernah menceritakannya."

Naya membasahi bibirnya yang terasa kering. Rupanya Bian hanya ingin jawaban lain darinya.

"Orang tua Damar, tidak menyukai saya, Mas," dengan wajah merunduk, Naya menceritakan lebih banyak yang terjadi dalam kisah cintanya.

Bian menjadi pendengar yang baik tanpa berniat menyela. Sejujurnya, tanpa Naya bercerita panjang lebar pun, dia sudah faham bagaimana perilaku Utami pada Naya. Tetapi, Bian tetap ingin mendengar langsung dari Naya tentang cerita yang sesungguhnya.

"Tapi, apa kamu sanggup jika suatu hari nanti Damar pergi jauh dari kamu?" Bian berucap setelah Naya selesai dengan ceritanya.

"Maksud Mas Bian?"Kerutan halus pada dahi Naya nampak terlihat. Matanya mengikuti Bian yang bangkit dari tempat duduknya berjalan menjuju jendela besar yang terletak di samping meja kerja Fani.

"Seharusnya, pagi ini Damar bertemu dengan saya. Membahas surat perintah untuk penempatannya. Tetapi, berhubung dengan peristiwa dini hari tadi, kami sepakat mengganti waktunya," ungkap Bian."Setelah Damar sembuh, perusahaan akan memindah tugaskan Damar ke luar kota."

almost 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang