Bab 37

7.3K 682 7
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa, terimakasih.

Hati-hati typonya banyak.

Selamat membaca.

***

Naya meraih kesadaran dengan cepat, lalu membuang pandangannya dari Damar yang terus menatapnya.

"Kenapa tidak sekarang saja? Bukankah akan lebih mudah?"

"Aku tidak bisa membawa hadiah itu kesini sekarang, karena aku ingin memberikannya ketika hanya berdua saja denganmu."

"Bukankah kita sekarang hanya berdua?"

"Tetapi waktu dan tempatnya tidak memungkinkan, Naya."

Naya menarik nafas dalam."Bukankah Gendis lebih pantas, Dam?"

"Tidak ada yang pantas selain dirimu, Naya. Aku akan pergi sebelum acara pertunangan di laksanakan."

"Kenapa kamu harus melarikan diri, Dam?"

"Aku tidak melarikan diri. Aku hanya ingin menyelamatkan diriku."

"Lalu bagaimana dengan Ibu dan,-" Naya menggantung kalimatnya.

"Mungkin kali ini aku akan memilih untuk menjadi anak durhaka." Damar dengan cepat menimpali.

Naya tertegun, rupanya selain penampilan Damar yang berubah seperti tidak terurus. Sifat keras kepala lelaki itu pun semakin menjadi.

"Tapi, mereka orang tua yang menyayangi kamu, Dam."

"Mereka tidak menyayangiku seperti yang kamu katakan, Naya. Mereka hanya gila akan sebuah balas budi," tukas Damar.

Naya tidak mampu berkata-katalagi, kehidupan keluarga dan keputusan yang buat Damar bukan lagi ranah yang harus dia ikut campuri.

***

Berulang kali Naya mengusap dada. Meredakan keterkejutannya karena Desi tiba-tiba merangkulnya dari arah belakang. Coklat hangat yang baru dia seduh pun tumpah, tinggal setengah.

"Desi ... " desisnya dengan mata terpejam. Dia sangat kesal namun tidak bisa meluapkan amarahnya begitu saja.

"Maaf, Nay. Aku nggak sengaja. Udah biar aku yang bersihin." Desi segera mengambil alih lap yang Naya pegang. Kemudian membersihkan meja dengan kilat.


"Kalian lagi ada maslah ya, Nay?" tanya Desi setelah selesai menyimpan lap pada tempatnya.

"Siapa?" Kedua alis Naya tertaut nyaris menyatu.

"Kamu sama pacarmu lah, siapa lagi? Tadi aku ngintip dikit. Kok, kalian keliatan kaku banget," ujar Desi panjang lebar.

Naya menyesap coklat yang tinggal setengah itu sedikit, lalu berkata "Kita udah putus, Des."

"Ah, serius!? Nggak ngeprank kan, ini?" Desi terkejut mendengarnya.

"Serius Des. Dan aku nggak lagi ngeprank." Naya menegaskan.

Desi menurunkan kedua bahunya lemas."Padahal ganteng banget, Nay. Sayang kan, mubazir. Coba dia bukan mantan pacar kamu."

Naya menukikkan kedua alisnya."Memang kenapa kalau dia mantan aku, Des?"

almost 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang