Vote dan komentarnya, jangan lupa. Terimakasih. Selamat membaca.
****
Naya membalas genggaman Damar lebih erat, dia mengikuti kemanapun langkah lelaki itu, dia belum tahu harus kemana dan berbicara dengan siapa.
Suasana acara pesta kenaikan jabatan kekasihnya, rupanya cukup meriah dan mewah. Sangat asing untuknya. Bahkan tidak ada satu pun tamu yang di kenalnya.
"Sayang, acaranya rame banget? Mana aku nggak kenal semua lagi." Naya berbisik, Damar membalas dengan senyuman.
"Kamu gugup?" tanya Damar, Naya langsung mengangguk.
Damar mendekatkan wajahnya, lalu mengecup pilipis Naya tanpa ragu-ragu. Berharap kecupan itu memberikan ketenangan.
"Sebagian yang hadir itu temen-temen kantor aku. Ada beberapa saudara deket, ada juga temen masa kecil aku," tutur Damar memperkenalkan secara garis besarnya.
"Itu, yang duduk dekat kolam berenang, temen aku dari kecil. Keluarga kita sudah seperti saudara. Namanya, Gendis." Damar menunjuk seorang gadis sambil melihat reaksi Naya sesaat.
"Nah, sekarang kenalan sama ibu dan Ayah, ya?" ajak Damar kemudian.
Naya mendongak, menatap Damar untuk meyakinkan diri. Genggaman tangannya terus ia eratkan.
"Itu ibu sama ayah sudah menunggu kita. Maksud aku nunggu calon matunya," imbuh Damar yang spontan mendapatkan cubitan maut Naya.
"Galak sih kamu," protes Damar manja.
"Kamu nggak mau jadi istri aku, hm?""Maulah! Awas aja kalau kamunya lirik-lirik yang lain!" ancam Naya tajam.
"Mana ada, aku lirik-lirik yang lain. Udah punya yang cantiknya ngalahin bidadari gini."
"Gombal!" cibir Naya.
Damar terkekeh geli.
" Ayo!"
Damar membawa Naya dengan langkah penuh percaya diri. Dalam kepalanya sibuk berangan-angan jika saat ini sedang membawa Naya dengan gaun pengantin menuju pelaminan.
"Sebentar, aku deg-degan deh," ucapan Naya menghentikan langkah keduanya.
"Ya udah, tenangin dulu. Mau ketemu camer gugup gini. Lucu banget kamu," kekeh Damar. Tatapannya terus terfokuskan untuk Naya seorang. Tetapi sangat disayangkan tatapan itu dibalas delikan sang kekasih.
"Ayo, aku udah siap." Kali ini Naya tidak menyakinkan diri saja, tetapi juga Damar.
Langkah Naya dan Damar sampai juga di hadapan Utami dan Hendarto Wicaksono, orang tua Damar.
Sepasang paruh baya itu menatap putranya dan seorang gadis yang baru pertama kali mereka lihat dengan tatapan datar. Tanpa binar bahagia seperti yang terdapat pada bola mata Damar.
"Maaf Damar telat Bu, Yah, " ucap Damar lalu memeluk ibu dan ayahnya singkat.
"Ayo, acaranya mau di mulai," ujar Utami memberitahu tanpa berminat menyapa gadis yang masih tetap berdiri disamping putranya.
"Sebentar Bu," tahan Damar saat Utami hendak pergi.
"Damar udah janji mau kenalin seseorang sama ibu, sama Ayah." Damar berkata dengan jutaan kupu-kupu terbang dalam perutnya, hal itu juga yang dirasakan Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
almost 30
ChickLit"Menikah sebelum memasuki usia tiga puluh, haruskah?" Naya, seorang staff salah satu wedding planner ternama di kota Bandung mempunyai target pencapaian sebelum usia 30 dengan menikah. Namun, kisah cintanya dan Damar menemukan ujian. Orang tua Damar...