Vote dan komentarnya jangan lupa, terima kasih. Selamat membaca.
***
Dua bulan lalu.
"Aku punya kabar bahagia buat kamu sayang."
"Buat aku?" Naya menatap lurus pada Damar, menyimpan sendok di sisi kanan piringnya. Malam ini, dia Damar tengah menikmati makan malam perayaan hari jadi mereka yang ke tiga tahun."Apa itu?" tanyanya penasaran.
Damar mengelap mulutnya dengan tisu, lantas berkata lagi."Aku baru saja dapat promosi jabatan untuk kepala di divisi pengembangan yang baru."
Naya tahu, itu mimpi Damar sejak lama.
"Sebenarnya, promosi itu sudah lama. Tapi, aku sengaja nggak kasih tau siapaun. Karena aku mau kasih kejutan sama kamu dan orang tuaku," beber Damar."Aku ingin membuktikan kalau aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri tanpa sokongan dari ayah."
Naya juga tahu itu. Damar berusaha keras untuk hidup mandiri.
"Selamat, Dam. Aku ikut bahagia mendengarnya," ucap Naya.
"Kamu memang harus bahagia, karena sebentar lagi aku pastikan akan melamarmu. Aku akan mewujudkan list pertama yang kamu tulis, dulu," katanya, membuat Naya melambung karena bahagia.
"Semalam, aku juga sudah memberitahu Ibu dan Ayah tentang hal ini. Mereka bangga sekali dan akan membuat pesta perayaan kecil-kecilan. Aku juga sudah bilang kalau aku akan membawa sekaligus mengenalkan kamu sebagai calon istri pilihanku."
_
Naya meraup wajahnya setelah Fani menutup rapat yang berlangsung dua jam tersebut. Kata maaf yang terucap dari bibir Damar kemarin malam terus berputar dalam kepalanya bagaikan pisau yang menancap tepat pada ulu hatinya.
Naya tidak bisa menyangka setelah dia bertemu orang tua Damar dan mengenal Gendis, hubungannya dengan Damar justru semakin runyam. Jauh dari angan-angannya.
"Kamu kenapa, Naya?" tanya Fani melihat Naya yang cukup kacau hari ini. Dan bukan hanya itu saja, beberapa pekerjaan pun terabaikan. Tidak seperti biasanya."Kamu ada masalah sama pacar, kamu?"
Naya tersenyum getir. "Tidak ada apa-apa, Mbak. Aku hanya kurang enak badan," kilahnya, tetap berusaha menyimpan masalahnya sendiri.
Fani memusatkan pandangannya pada Naya. Dia tidak percaya begitu saja."Pasti kalian lagi ribut, kan?" tebaknya tepat sasaran.
Cukup lama Naya diam lalu menganggukkan kepalanya.
"Kenapa kalian ribut? Ah, maksud aku, bukan niat aku mau ikut campur. Tapi masalah kalian pasti berat, karena kamu sampai kacau begini, kan?" ujar Fani prihatin.
Naya menghela nafas panjang, dadanya kembali terasa sesak.
"Kalau kamu mau cerita, cerita saja Naya. Aku pernah bilangkan sama kamu. Kalau ada masalah jangan ragu buat cerita." Fani mengingatkan.
Naya menatap Fani dalam. Haruskah dia menceritakan masalahnya pada orang lain? Terlebih Fani atasannya? hatinya bertanya."Bagaimana ya, Mbak? Aku bingung harus mulai dari mana untuk cerita," merundukkan wajahnya, Naya juga memilin ujung jari-jari tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/273007726-288-k381197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
almost 30
ChickLit"Menikah sebelum memasuki usia tiga puluh, haruskah?" Naya, seorang staff salah satu wedding planner ternama di kota Bandung mempunyai target pencapaian sebelum usia 30 dengan menikah. Namun, kisah cintanya dan Damar menemukan ujian. Orang tua Damar...