Vote dan komentarnya jangan lupa, terimakasih. Selamat membaca.
Hati-hati, typonya banyak.
Kalian timnya siapa nih?
Damar - Naya
Bian - Naya
Oh iya, kalau kalian memang suka cerita-ceritaku. Boleh share di sosmed kalian masing-masing, dan tag aku disana ya.
Selamat membaca.
****
Naya sontak mendongak ketika Ghani beranjak dari kursi dan berdecak pinggang. Kilatan tajam tertangkap dari iris mata sang adik saat tatapan itu tertuju lurus pada Damar. Seperti pisau yang sudah di asah ribuan kali. Siap untuk menikam lawan.
"Kaya lagi uji nyali di tengah peperangan. Diem-diem semua," cetus Ghani kesal saat tidak ada satupun dari mereka berempat yang mau membuka suara. Tangannya pun mengepal bulat-bulat. Terlihat sekali sedang menyembunyikan amarah yang tiba-tiba mencuat.
"Kalau ada yang mau kalian obrolin, Ghani kasih waktu. Tapi, kalian berdua jangan macam-macam sama Teh Naya," lanjut Ghani memberi peringatan secara terang-terangan pada Damar dan Bian.
"Teh, Ghani beli makan dulu deh. Dari pada lama-lama jadi patung," Izinnya setelah puas menatap Damar."Awas kalian, kalau sampai terjadi sesuatu sama Teh Naya. Ghani bikin kaya kerupuk semuanya!" ancamnya bersungguh-sungguh.
"Gha-" kata-kata Naya tertelan ketika Bian juga ikut bersuara.
"Ghani, biar saya saja yang pesan, kan. Bagaiamana?" Bian spontan menawarkan diri karena merasa terjebak dalam situasi yang asing tersebut.
"Capernya nanti, Mas. Ini bagian Ghani," sewotnya pada Bian tak beralasan. Kehadiran Damar membuat emosinya meledak.
"Ghani." Kali ini Naya berhasil menegur adiknya yang tiba-tiba bersikap kurang sopan di hadapan tamu.
Ghani bersikap acuh tak acuh dengan teguran tersebut."Ghani berangkat. Inget ya kalian berdua, jangan macam-macam!" Jari telunjuknya menghunus kedua lelaki yang menggagalkan rencananya membawa sang kakak untuk makan malam di luar.
Seperginya Ghani, suasana semakin hening dan asing. Naya manarik nafas panjang, lalu membuang pandangannya pada Bian saat matanya tidak sengaja bersirobok dengan netra Damar yang sendu.
Hati Naya cukup tercubit dan ingin peduli ketika melihat keadaan Damar yang benar-benar belum sembuh setelah kecelakaan beberapa waktu lalu. Namun, sekuat tenaga Naya menahan rasa peduli itu.
Dia takut, takut hatinya tidak sanggup dan akhirnya goyah.
"Maaf," ucap ketiganya memecah suasana hening secara bersamaan.
Naya, Bian, dan juga Damar saling tatap satu sama lain. Sebelum akhirnya Bian lebih dulu membuka suaranya.
"Maaf, saya sudah menggangu waktu dan rencana kamu sama Ghani, Naya," katanya. Ekor mata Bian melirik Damar tipis-tipis. Memastikan Damar tidak keberatan dengannya.
"Tidak apa-apa Mas," ucap Naya, di akhiri senyum yang dia paksa untuk terlihat indah.
"Saya baru tahu dari mbak Fani kalau kamu kemarin ulang tahun. Kalau tahu begitu, kemarin saya traktir double saja sekalian," kata Bian lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
almost 30
ChickLit"Menikah sebelum memasuki usia tiga puluh, haruskah?" Naya, seorang staff salah satu wedding planner ternama di kota Bandung mempunyai target pencapaian sebelum usia 30 dengan menikah. Namun, kisah cintanya dan Damar menemukan ujian. Orang tua Damar...