Epilog

15.3K 812 53
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa. Selamat membaca.

Terimakasih.

Hati-hati typonya banyak.

*

*

*

***

"Bahagia berada dari dalam hati yang benar-benar ikhlas."

-almost 30-

***

*

*

*

Beberapa bulan kemudian.

Naya menyusuri indahnya pemandangan hamparan perkebunan teh yang mengelilingi vila milik keluarga Fani dengan mata indahnya.

Dia dan seluruh staf di beri bonus berlibur akhir tahun bersama di vila tanpa terkecuali. Begitulah Fani memperlakukan para pekerjanya dengan sama rata.

Tidak hanya itu, Ghani pun di perbolehkan turut serta dalam acara tersebut. Dan tidak lupa, seorang gadis cantik yang terus menguntitnya demi dapat berdekatan dengan Ghani.

Siapa lagi kalau bukan Dinda, gadis manis yang terlihat jelas menyukai adiknya.

Namun Ghani berkata padanya belum bisa menyambut perasaan Dinda dengan alasan menginginkan kesuksesan terlebih dahulu untuk menjadi kebanggannya.

Naya menghentikan langkahnya, menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk memenuhi rongga dadanya. Menghilangkan sesak yang tidak sengaja terpelihara didalam sana.

Puas menghirup udara, dia mulai melangkah lagi. Sedikit menjauh dari tempatnya berdiri.

Senja berwarna jingga serta sapuan angin yang menerpa dedaunan menimbulkan suara bisikan riuh pepohonan seolah sedang bercerita. Seulas senyum tipis tidak terasa tersungging dari kedua sudut bibirnya saat mengingat masa dimana awal pertemuannya dengan Damar beberapa tahun lalu.

Sesekali Naya merapikan anak rambutnya yang ikut teritup angin menghalangi wajahnya. Satu tangan lainnya secara alami terangkat menyentuh benda berkilau yang melingkar pada lehernya, dengan liontin berupa cincin yang Damar berikan sebagai hadiah perpisahan. Benda yang hampir tak pernah dilepasnya beberapa bulan terakhir.

Mengusap cincin yang di jadikannya liontin tersebut dengan sangat hati-hati, Naya masih belum percaya jika saat ini, detik ini, dirinya sampai pada waktu dimana hari-harinya dilewati tanpa kebersamaannya dengan Damar.

Hati Naya kembali sedikit berdenyut nyeri mengingat tentang alasan mereka harus berpisah. Namun, dia tidak pernah menyesali keputusannya atau menyalahkan siapapun.

Dia dan Damar sama-sama terluka setelah mencoba bertahan meski pada akhirnya mereka kalah. Dan dirinya pula yang pertama menyerah.

Melupakan, rupanya tidak semudah saat jatuh cinta.

Begitu pula dalam prosenya melupakan Damar, tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Terkadang, tangis masih menjadi pengiring saat Naya akan tertidur. Dan siang hari,  Naya akan bekerja sampai lupa waktu.

Semua itu tidak lain sebagai upayanya melupakan Damar serta getirnya cacian makian Utami yang menyalahkan dirinya atas kekacauan pertunangan Damar dengan Gendis, dan kepergian Damar ke Surabaya.

almost 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang