Bab 34

6.5K 697 20
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa, terimakasih. Selamat membaca.

Hati-hati, typonya banyak. 😅

Kalian timnya siapa nih?

Damar - Naya

Bian - Naya

Oh iya, kalau kalian memang suka cerita-ceritaku. Boleh share di sosmed kalian masing-masing, dan tag aku disana ya.

Selamat membaca.

***

"Ghani! Buka pintunya!"

Naya berteriak sambil menggedor pintu kamar mandi untuk kesekian kalinya. Dia benar-benar geram dengan keusilan sang adik yang berani menguncinya dari luar.

"Ini maksudnya apa sih Ghani! Buka pintunya Ghani!" Naya memutar-mutar knop pintu berharap Ghani akan berbaik hati membukanya. Tetapi harapannya sirna.

"Keterlaluan kamu Ghani! Buka sekarang! kalau enggak-"

Clek!

Suara kunci terdengar, Naya bersiap-siap untuk keluar.

"Kebangetan kamu, ya!" semburnya ketika membuka pintu, sedangkan Ghani hanya memasang ekspresi biasa saja.

"Apa maksud kamu ngunci Teteh, Hah? Kamu nggak tau di dalam Teteh udah sesek, engap, Hah! Kalau Teteh mati di dalam gimana!?" cerocosnya panjang.

Sesaat Ghani tertunduk takut. Tetapi tidak lama dia tersenyum tengil khasnya yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari sang kakak.

"Apa! Senyam- senyum? berani kamu!" Naya melotot lebih tajam."Minggir! Teteh mau lewat!"Naya berusaha menyingkirkan tubuh Ghani yang menghalangi jalannya.
Tetapi Ghani tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya.

"Ghani, Teteh bilang Minggir! Teteh mau lewat." Naya mencoba bersabar.

"Mm,-Anu teh..."

"Anu apa?!"

"Anu apa sih?! Nggak jelas!"Naya yang semakin kesal dan terus berusaha menyikirkan tubuh Ghani dari hadapannya."Awas minggir!" kali ini dia berhasil.

"Eee, eh Teh! mau kemana?" Ghani dengan cepat meraih tangan kakaknya agar tidak melihat kejutan yang dia siapkan di atas meja makan.

"Mau ke dapur. Mau masak buat makan malam! Kamu nggak laper memangnya?"

"Ya laper, lah."

"Ya udah, awas! Kamu kenapa sih?" Naya melepas paksa tangan Ghani darinya.

"Eh, nanti dulu."

"Apa lagi sih!" kali ini Naya memghentakkan kakinya.

Ghani berdecak."Sini, tapi Teteh tutup mata dulu."

almost 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang