16. Sebuah Janji

451 50 1
                                    

YOKKK, TETAP UPDATE WALAUPUN PEMBACA MENURUN. APALAGI YANG VOTE, NAMBAH SEPI AJA KEK HATI KALIAN.

***

Senja berhenti berlari, perempuan itu mengatur nafasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja berhenti berlari, perempuan itu mengatur nafasnya. "Angkasa, aku cape." ucapnya.

Angkasa melihat wajah Senja, perempuan itu terlihat sangat pucat. Mereka sudah lari sejauh ini, pasti Senja sangat cape. Tidak seperti Angkasa yang masih setengah kuat, lah.

Angkasa melihat disekitarnya. Belum ada tanda anak-anak Lexzy datang. "Kita ngumpet disitu!" ucap Angkasa ketika menemukan sebuah rumah kecil yang dindingnya berasal dari anyaman bambu.

Angkasa dan Senja masuk karena pintunya yang terbuka lebar.

Senja duduk dikursi kayu yang ada disana. Dia mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan, kepala nya juga terasa sedikit pusing.

Angkasa duduk disamping Senja. Dia mengelus pucuk kepala perempuan itu. "Maaf ya, kamu jadi cape. Harusnya tadi aku nggak bawa kamu buat pergi sama aku." ucapnya yang sangat-sangat merasa bersalah.

Senja mengangguk. "Gapapa kok, lagian kita kan gatau masalahnya jadi kaya gini." ucap Senja.

"Kalian siapa?"

Angkasa dan Senja menoleh kearah seorang wanita yang sudah tidak muda lagi. Rambutnya pun sudah memutih, dan wanita itupun mulai batuk-batuk kecil.

Senja berdiri dari duduknya. "Eh, maaf ya Nek. Tadi—"

"Gasopan ya kalian masuk ke rumah orang sembarangan! Mau apa kalian disini? Ini bukan tempat macam-macam, ini rumah Nenek! Jangan berbuat hal nggak baik disini, masih sekolah tapi kelakuannya kayak nggak disekolahkan!" ucap Nenek itu yang terlihat sangat marah.

"Keluar kalian!" ucap Nenek itu.

Senja menghela nafasnya. "Nek, maaf sebelumnya. Tap—"

"Keluar!" ujar Nenek itu lagi.

Tiba-tiba suara gerombolan orang terdengar. Angkasa melihat kearah kaca, anak-anak Lexzy yang sudah ada didepan rumah.

"Maaf-maaf, Nek tapi kita gaada maksud macem-macem." ucap Angkasa yang mulai panik juga.

Senja mengangguk. "Iya, Nek. Kita lagi dikejar-kejar sama mereka, mangkanya kita ngumpet disini." ucap Senja menunjuk kearah jendela.

Nenek itu melihat ke jendela. Banyak orang yang mengelilingi tempat-tempat dirumahnya. Sepertinya mereka memang sedang mencari orang.

Senja memegang pundak Nenek itu. "Nek, maaf sebelumnya kalo kita gasopan. Tapi tadi kita lihat pintu itu kebuka, kita langsung masuk karena keadaannya nggak memungkinkan buat lari lagi. Maaf banget ya Nek, kita minta maaf banget." ucap Senja dengan wajahnya yang terlihat sangat pucat membuat Nenek itu menjadi lebih percaya.

Jangka [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang