38. INI MIMPI BURUK?

344 31 5
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Angkasa," ucap Kenzo pelan. Dia berbicara pada kedua orang tuanya, saat tubuhnya masih lemas.

Orang tua Kenzo saat ini senang melihat anaknya sadar. Ternyata Kenzo mengalami koma hanya beberapa jam saja. Sehabis Angkasa menemuinya tadi, Kenzo serasa punya kekuatan saat itu. Kenzo sendiri bisa merasakannya, dan saat ini Kenzo benar-benar ingin bertemu dengan Angkasa.

"Siapa Angkasa?" tanya ayah Kenzo pada anaknya.

"A...angkasa," lirih Kenzo lagi nadanya seperti orang masih kesakitan.

"Sudah, kamu istirahat dulu. Kamu ini belum sepenuhnya pulih, Ken. Ibu gak mau kamu kenapa-kenapa lagi." Ibu Kenzo menatap wajah anaknya penuh kesedihan.

Tapi pikiran Kenzo terus teringat pada Angkasa. Hanya itu tujuan dia untuk bertahan saat ini. Kenzo tau, akan ada masalah berat setelah ini. Dia hanya bisa berusaha untuk cepat-cepat pulih, menyelesaikan semua masalah yang ada. Kenzo tetap tak mau jika Angkasa yang akan disalahkan, Kenzo tak ingin orang yang melakukan itu padanya malah bebas begitu saja.

****

"Angkasa!" Farel turun dari motornya, dia menghampiri Angkasa yang sudah terbaring di jalanan. Rintikan air hujan juga mulai jatuh membasahi bumi.

Farel, Rafi, Fadli, Herdi, dan Pandu yang ada disana tak menyangka. Wajah Angkasa penuh luka lebam, darah mengucur dari kepalanya. Melihat Angkasa saat ini, membuat mereka semua langsung merasa lemas. Jantung mereka berdetak lebih cepat dari biasanya.

Rafi mengecek kondisi Angkasa. Dia memegang letak nadi Angkasa, lalu ia juga mengecek nafas Angkasa. Hasilnya, tidak ada.

"Kenapa Raf?" tanya Herdi yang melihat perubahan raut wajah dari Rafi. Rafi terlihat sangat pucat, tubuh Rafi mendadak gemetar.

"Angkasa..." satu tetes air mata terjatuh, tak terbendung di kelopak mata Rafi. Membuat semuanya menjadi panik, terutama Farel.

"Kenapa Raf?" tanya Farel dengan nada sedikit tinggi.

"Nadi sama nafas Angkasa udah gak ada," ujar Rafi sambil menatap teman-temannya. Tapi teman-temannya tak percaya tentang hal itu. Mereka menggeleng tak percaya.

"Terus maksud lo apa? Ini gak mungkin, Raf," balas Farel yang juga langsung pucat. Dia menatap Angkasa, cowok itu menggoyangkan tubuh Angkasa. "Lo bangun, Sa! Lo kuat!" ucap Farel.

"Ini gak mungkin terjadi." Fadli menggeleng tak percaya, dia juga sangat panik. Fadli memegang wajah Angkasa, dengan penuh harap. "Sa, lo bangun sekarang. Lo kuat," ujar Fadli.

Jangka [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang