21. Penyerangan

356 30 0
                                    

Aku gamaksa kalian buat suka sama cerita aku ya. Kalo gasuka tinggalin aja, aku gapapa kok, udah biasa ditinggalin.

***

Angkasa menghembuskan gumpalan asap rokok ke udara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa menghembuskan gumpalan asap rokok ke udara. Cowok itu masih duduk diwarung Bu Wiwit yang ada dibelakang sekolah. Sejak tadi ia disini, padahal hari ini ada pengumuman dari guru-guru. Tapi Angkasa dan keempat temannya malah asyik nongkrong disini. Katanya, nanti gampang tinggal nanya ke yang lain aja pengumuman apaan.

Teman-teman Angkasa ada yang asyik makan sambil bermain game, tidak lain Pandu dan Herdi yang sedang push rank. Tapi rank tetep aja disitu. Hadeuh, sedangkan Rafi sedang bermain gitar sambil bernyanyi kecil. Fadli, cowok itu sedang mengutak-atik motornya bersama anak Sebang juga. Gatau deh motornya lagi diapain, mungkin lagi godain.

Berbeda dengan Angkasa, cowok itu daritadi hanya diam saja. Menatap kedepan dengan tenang, masalah yang saat ini sedang terjadi benar-benar menguras pikirannya. Rasanya ini berat sekali bagi Angkasa.

Apalagi soal Lexzy yang tiba-tiba saja hadir dan sudah mengibarkan bendera perang kepada The Blaze. Menurut Angkasa, mereka itu gila. Saat ini sesama geng motor sedang tenang-tenangnya. Mereka pasti sedang fokus sekolah karena sebentar lagi kelulusan. Tapi, geng seperti Lexzy memang benar-benar gila. Apalagi mereka berani mencari masalah langsung ke The Blaze yang sudah kuat dan tahan berdiri bertahun-tahun.

Angkasa mengacak rambutnya kasar. Cowok itu benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Masalah Lexzy memang seharusnya gampang diselesaikan bagi Angkasa. Tapi satu masalah tentang Ayah tirinya, membuat Angkasa menjadi lemah berfikir lagi. Pikirannya benar-benar terkuras.

"Sa, sekolah udah bubar tuh. Lo nggak anter Senja?" tanya Rafi.

Angkasa melihat sekeliling. Memang sudah banyak murid-murid Sebang yang ingin pulang kerumahnya. "Gue samperin cewek gue dulu, abis itu gue langsung ke markas." ucap Angkasa pada teman-temannya.

Rafi mengangguk. "Iya, hati-hati, Sa!"

"Yoi." ucap Angkasa sambil mengambil jaket parasut hitam dengan lambang 'The Blaze' yang ada diatas meja. Lalu cowok itu langsung memanjat tembok yang langsung tertuju ke belakang sekolah agar dia bisa mengambil motornya yang masih ada didalam sekolah.

Angkasa berjalan di koridor yang mulai sepi. Seketika itu juga dia melihat punggung perempuan yang tidak asing dimatanya. Perempuan dengan ransel biru muda bergambar bebek. Jelas itu tidak asing dimata Angkasa.

"Senja!" teriak Angkasa, cowok itu berlari kecil agar sampai menyusul Senja.

Perempuan yang disebut namanya itu menoleh ke belakang. Dia melihat cowok yang tengah menghampirinya. "Eh, Angkasa." ucap Senja sambil tersenyum.

"Kamu udah mau pulang?" tanya Angkasa.

Senja mengangguk. "Iya." ucap Senja.

"Aku anter, ya?" ujar Angkasa.

Jangka [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang