(FOLLOW SEBELUM MEMBACA)
Sequel Cerita "ANGKASA"
[Mau baca cerita ini? Disarankan membaca cerita Angkasa terlebih dahulu, ya. Part masih lengkap, silahkan cek profil]
Ini cerita Senja dan Angkasa. Bagaimana cerita mereka berjalan dengan manis, mere...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
Senja menatap Farel, mengerutkan dahinya, seolah bertanya-tanya pada cowok itu. "Gak usah bercanda, Rel," ujarnya sambil terkekeh pelan.
"Gue gak bercanda. Gue udah mutusin dengan baik, setelah kita dipenjara seminggu yang lalu. Kita juga udah bisa bikin Dirga dan yang lain membusuk di penjara. Gue mutusin kalo sebaiknya kita bubarin The Blaze," kata Farel dengan wajah yang tak main-main.
"Loh, gak bisa gitu dong Bang." Ryan kini angkat bicara, cowok itu merasa tidak beres dengan ini semua.
Johan berdecak. Cowok itu juga terlihat tak terima. "Gue gak setuju kalo The Blaze bubar. Baru kali ini gue bisa nemuin tempat senyaman ini. Gue yakin keputusan lo salah, Bang."
"Gue udah ngomongin ini ke temen-temen gue, angkatan ke lima. Dan semuanya udah kita pertimbangkan dulu, sebelum itu juga gue udah sempet minta saran sama Bang Vero dan temen-temennya yang dulu pegang The Blaze. Dan keputusan terbaik saat ini, emang The Blaze sebaiknya dibubarkan." Sebenarnya, Farel juga tak mau ini terjadi. Namun, keputusan akhir yang terbaik hanyalah ini. Ia tak mau ada hal yang terjadi lagi nantinya, keselamatan seluruh temannya lebih berharga. Dibanding terus mempertahankan sebuah nama komunitas.
"Lo bener-bener yakin, Rel?" tanya Jarwo. "Sejujurnya gue juga kurang setuju sama ini semua, gue gak mau kita sampe bubar," ujarnya lagi.
Farel menggeleng pelan. "Kita gak bubar, cuma The Blaze yang hilang. Kita gak pisah, kita tetep jadi keluarga. Cuma bukan dengan nama The Blaze lagi," jelas Farel.
"Kita gak bisa terus-terusan mempertaruhkan keselamatan orang lain, hanya demi mempertahankan sebuah nama komunitas. Menurut gue, keputusan ini udah bener." Rafi kini ikut bicara, cowok itu terlihat memang sangat kecewa. Tapi disisi lain, setiap kejadian yang mereka lewati mestinya selalu jadi pembelajaran.
"Tolong, Bang. Jangan egois, jangan cuma karna lo banyak masalah. Lo bisa ninggalin The Blaze dengan membubarkan gitu aja, kita masih bisa lanjut, Bang..." ucap Ryan.
"Gue ngerti perasaan lo semua, tapi memang ini yang terbaik. Semuanya sepakat, terutama Bang Vero dan temen-temennya. Mereka gak masalah kita bubarin The Blaze, mungkin memang ini udah jadi jalan terbaiknya," kata Farel lagi.
Semuanya tertegun, beradu dengan pikirannya masing-masing. Seperti ada hal yang akan hilang dari hidupnya, semuanya terlihat kacau.
Farel memejamkan mata sekejap, mencoba menatap langit menerawang. "Maaf, gue belum jadi wakil ketua yang baik. Gue gak bisa sekuat Angkasa," kata Farel.
"Kita semua disini ada sama lo, apa kita masih bisa lanjut?" sahut cowok bernama Devan tersebut.
"Maaf, ini bener-bener udah jadi keputusan paling terbaik. Dan gue harap, kalian mengerti ini semua." Farel menghembus nafas panjang, berusaha tenang. "Kalian lanjutin ya tujuan hidup kalian masing-masing, fokus sama masa depan kalian. Gue disini juga pasti begitu,"