31. Siapa Yang Salah?

343 34 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

CAFE LANON

Alunan musik memenuhi isi cafe. Lagu yang sangat menenangkan hati sekali jika kita bisa menikmatinya.

"Jadi sekarang hubungan kamu sama Angkasa gimana?" tanya Vero.

Senja menggeleng. "Nggak tau, aku bingung yang harus aku lakuin gimana. Apa aku harus minta maaf ke dia? Tapi emangnya aku salah?" Senja menatap kakaknya. Dia terlihat sangat banyak pikiran.

"Kamu ga salah, siapapun ga salah antara kamu sama Angkasa. Kalian cuma perlu saling memaafkan aja. Bisa?" tanya Vero.

Senja menggeleng. "Aku harus memaafkan apa? Dan Angkasa harus memaafkan apa juga? Aku salah, Angkasa juga salah?" tanya Senja.

Vero menghela. "Ini kan urusan orang tua kita, hubungan kamu sama Angkasa itu jauh dari itu Senja." kata Vero.

"Angkasa bilang, dia gabakal terima ibunya dihina sama orang lain. Sedangkan kemarin-kemarin, aku selalu menghina ibunya. Bahkan didepan Angkasa aku ngerendahin ibunya." kata Senja. "Angkasa benci sama aku gak ya, Kak?" tanya Senja.

Vero mengelus pucuk kepala adiknya. Menatap perempuan itu, Vero tahu bagaimana perasaan adiknya. Akhir-akhir ini dia selalu murung, jarang makan dan lebih banyak di kamar. Jauh berbeda seperti Senja yang dulu. "Kembali ke Senja yang lama ya? Jangan terlalu pikirkan soal itu. Kamu ga salah, karena yang kamu tau dia perebut Papa kamu. Kamu yang dibohongi selama ini, kan?" ucap Vero.

"Tapi memangnya bener kalo aku sama sekali gapunya attitude? Angkasa bilang begitu," ujar Senja.

"Emang tindakan kamu kurang sopan. Tapi itu juga kan ada alasannya. Stop merasa bersalah, ya? Karena dimata Kaka kamu sama sekali ga salah." kata Vero berusaha menenangkan.

Mereka duduk berdua di sebuah cafe, memang niatnya ingin menenangkan pikiran. Walaupun Vero harus memaksa Senja lebih dulu, karena perempuan itu tak mau diajak kemana-mana. Tapi Vero juga tidak bisa melihat adiknya terus murung dalam kamar.

Senja hanya diam, menatap kedepan dengan tatapan kosong. Setelah kejadian itu, dimana Senja tahu kenyataannya. Otaknya menjadi hampa, serasa dia sekarang tidak ingin lagi percaya pada siapapun. Terlalu banyak kebohongan-kebohongan yang ia telan.

"Kak, pulang aja yuk? Kita udah dua jam loh disini. Ini juga udah mau sore." ujar Senja.

Vero yang sedang meminum kopi mengangguk. "Yaudah, ayo." ujarnya lalu berdiri dari duduknya. Memanggil pelayan cafe untuk membayar pesanannya.

Vero merangkul Senja keluar dari cafe. Tapi didepan pintu cafe, mereka berhenti mendadak. Matanya menatap sebagian orang, dia yang telah memenuhi pikiran Senja akhir-akhir ini. Ya, Angkasa dan keluarganya.

"Dia ya Pa? Anak yang selalu Mama Papa ceritain, dia yang menuduh Mama, ngejelekin Mama. Ternyata dulu aku mengenal sosok dia itu salah." cibir Keysa, yang membuat Angkasa langsung tak enak hati.

Senja, kini perempuan itu menahan tangisnya. Dia diam, rasanya seolah-olah pedang yang menancap itu makin masuk kedalam hatinya. Karena tidak kuat menahan tangisnya, Senja langsung berlari untuk masuk kedalam mobil kakaknya.

Vero menatap Dery dengan tatapan dingin. "Terima kasih bapak Dery, karena anda. Hidup adik saya hancur!" ucap Vero.

Dery terkekeh pelan. "Maksud kamu apa? Saya menghancurkan hidup adik kamu? Hahahaha, lucu!" kata Dery.

Vero ikut tertawa. "Hahahah, memangnya selama ini apa? Dia menganggap anda sebagai ayahnya, menyayangi layaknya benar-benar seorang ayah. Dia selalu sedih saat anda dan istri anda bertengkar, ya karena yang dia tahu kalian orang tuanya. Dan ternyata, dia salah besar. Orang yang selama ini dia anggap orang tua, yang dia sayangi. Itu orang jahat yang tak tahu arti terima kasih." ujar Vero dengan serius, dia juga terlihat menahan emosinya.

"Tanpa harta nenek kakek saya, tanpa adanya peninggalan orang tua saya. Anda bukan siapa-siapa!" kata Vero, sebelum dia meninggalkan Dery dan keluarganya. Perasaannya juga hancur, saat dirinya menerima kenyataan itu. Tapi Vero tak boleh lemah, tugasnya sekarang hanya menjaga adiknya.

Jika dia ikut terpuruk dan juga sedih atas semuanya. Siapa yang akan menguatkan lagi? Mereka hanya berdua. Tidak punya siapa-siapa lagi.

****

Senja terisak dalam mobil. Perempuan itu terus memandang keluarga Angkasa dari dalam mobil, dia ingin sekali memeluk laki-laki itu. Angkasa, orang yang selama ini juga selalu memenangkannya. Yang selalu ada untuk dirinya, dia benar-benar rindu laki-laki itu.

Tapi apakah perasaan cowok itu sama dengannya? Seperti tidak mungkin jika Senja berharap, Angkasa juga merindukannya. Bukan rindu, apa dia benci saat ini?

Vero membuka pintu mobil, melihat adiknya yang sudah menangis sejadi-jadinya. Vero sendiri tak kuat melihat Senja menangis seperti itu, hatinya ikut hancur berantakan. Dia seperti gagal menjaga adiknya.

"Senja... hey! Jangan dengerin omongan apapun dari mereka, kamu nggak salah..." kata Vero mengusap air mata yang terus membasahi pipi Senja.

"Aku salah, Kak..." lirih Senja dengan terus-menerus menangis.

"Nggak, kamu ga salah." kata Vero berusaha menenangkan Senja.

Tapi Senja tetap tidak bisa tenang. Semuanya sangat terlihat mengecewakan. Dia dibohongi, dia juga sangat merasa bersalah atas itu. Jika Senja tau dari awal, dia mungkin lebih baik tidak kenal dengan Angkasa. Tidak kenal dengan keluarga Angkasa, Senja benar-benar ingin memutar waktu.

Jadi, pertemuan kita itu hal yang harus disyukuri atau disesali?

***

Jangan lupa vote & komen!😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote & komen!😍

Jangka [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang