Senja berjalan dengan riang disepanjang koridor sekolah. Perempuan dengan rambut panjang yang terurai itu terus bersenandung kecil. Menandakan bahwa dia sedang sangat bahagia.
Sesampainya di kelas, terlihat ramai sekali. Emon dan Jumi ribut, kebiasaan mereka jika sudah bertemu. Emon yang suka usil pada Jumi, sedangkan Jumi emosian. Emon selalu kena amukan Jumi yang bisa menggemparkan isi kelas.
"Maaf maaf Jum, bercanda doang!" Emon memberikan dua jarinya sambil menyengir.
Jumi berkacak pinggang. "Awas aja lo!" teriak Jumi sambil melotot.
Serasa Jumi sudah tentram, Emon menghela nafasnya. Terlihat Jumi sudah kembali ke tempat duduknya. "Alhamdulillah si Juminten kagak lempar-lempar gue." kata Emon lega.
"Mangkanya, kalo pagi-pagi gausah bikin masalah." kata Senja pada Emon yang berdiri disampingnya. Senja ada didepan pintu, sedangkan Emon ingin meninggalkan kelas.
"Seru Ja! Lo nggak liat gimana kalo Jumi ngamuk? Beuh! Berasa liat antraksi monster." balas Emon membuat Senja menautkan dahi aneh.
"APA LO BILANGGGGG?!" teriak Jumi yang sudah berdiri sambil berkacak pinggang. Menatap Emon penuh emosi.
Senja menelan ludahnya. "Eh, aku nggak ikutan!" kata Senja menggelengkan kepalanya. "Emon yang bilang, aku gatau apa-apa." lanjut Senja sambil berlari kembali keluar kelas.
Senja memang terlihat seram pada Jumi. Pasalnya, Jumi juga melihat dirinya dan Emon. Senja tak mau terbawa-bawa masalah mereka. Lagian, cari musuh itu sama sekali bukan dia.
"Eh Ja! Kenapa?" tanya Mega yang menatap Senja aneh berlari-lari dari kelas.
"Jumi lagi ngamuk! Aku gamau kena sasarannya." balas Senja dengan serius.
Farah menghela. "Kebiasaan, pasti Emon." kata Farah.
"Yaudah kita nggak usah ke kelas yuk? Ke kantin aja gimana?" ajak Mega.
Senja mengangguk. "Ayo!" katanya.
Farah hanya mengikuti dua temannya saja, mereka bertiga menuju ke kantin untuk membeli makanan. Mengisi kekosongan perutnya.
"Kalo lulus sekolah, kalian ada rencana mau kemana?" tanya Farah sambil mengaduk jusnya.
Mega mengetuk telunjuknya di dagu. Terlihat seperti berfikir. "Ntahlah, gue gatau. Lagian keluarga gue juga nggak terlalu peduli, apalagi cuma lulusan Semangat Bangsa." balas Mega.
Senja menatap ke depan, dia mengangguk setuju. "Bener sih, walaupun nilai kita bagus. Tapi belum tentu bisa langsung keterima di universitas, atau diterima kerja." kata Senja.
"Iya juga, sebesar apapun nilai kita. Bahkan kalo seratus semua, ga ngejamin bakal jadi sesuatu. Kecuali dalam bidang non akademik, bisa aja sih. Itupun kalo punya kemampuan lainnya." kata Farah.
"Sayangnya, gue nggak punya kemampuan lain. Selain scroll instagram." Mega menghela nafas berat.
"Gapernah lewat ya kalo itu." cibir Farah.
"Yaiyalah! Gue kan harus selalu update. Biar nggak ketinggalan jaman." ujar Mega.
"Tapi nantinya, kalian tetep bakalan jadi temen aku kan?" tanya Senja menatap dua sahabatnya.
Farah tersenyum sambil mengangguk. "Kita akan selalu berteman, Ja. Lo jangan khawatir." kata Farah.
"Aku cuma takut sendirian." ujar Senja. Seperti banyak sekali yang ia pikirkan, bahkan Senja sendiri tidak tahu itu apa.
"Lo nggak akan pernah sendirian, kita bakal selalu berteman." sahut Mega menggenggam tangan Senja.
Senja sangat bersyukur, ia bisa berteman dengan mereka. Dia masih bisa punya banyak orang-orang yang sayang padanya. Hati Senja sangat khawatir, dia takut sendirian. Selalu terbayang, bagaimana nanti bila semua orang meninggalkannya. Ntah kenapa, pikiran itu selalu ada dalam hatinya. Senja benar-benar takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangka [END] ✓
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Sequel Cerita "ANGKASA" [Mau baca cerita ini? Disarankan membaca cerita Angkasa terlebih dahulu, ya. Part masih lengkap, silahkan cek profil] Ini cerita Senja dan Angkasa. Bagaimana cerita mereka berjalan dengan manis, mere...