45. SUATU MALAM UNTUK THE BLAZE

342 18 3
                                    

"Ketakutan saat ini adalah, takkan terulang semua hal-hal yang selalu kita lakukan bersama."
The Blaze


Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam, puluhan motor itu telah sampai ditempat tujuan mereka. Suatu tempat tinggi, dimana sebuah kota terlihat dari atas ini. Mereka semua turun, puluhan manusia-manusia itu berjalan bersama melewati beberapa pepohonan yang lebat untuk masuk ke kawasan perkemahan.

Sesampainya disana, mereka semua langsung duduk karena pegal. Setelah mengendarai motor selama tiga jam, mereka juga harus berjalan kaki lagi sekitar 30 menit untuk sampai ke tempat perkemahan yang sudah mereka sewa. Karena tak hanya belasan orang saja yang ikut, mereka bawa pasukan The Blaze yang puluhan orang. Ada yang mengistirahatkan tubuh mereka diatas rumput-rumput segar, ada yang menyenderkan tubuhnya ke pohon-pohon pinus, ada juga yang sudah sibuk mendirikan tenda serta menyiapkan semua peratalan mereka nanti.

Sementara Senja, perempuan itu tengah sibuk menata tempat untuk bermalam bersama nanti. Dia menyiapkan kayu-kayu bakar yang sudah mereka bawa, dia juga menyiapkan alat masak untuk makan bersama nantinya.

"Her! Hospot dong! Cuma lo doang nih yang ada jaringan plus ada kuota, yang lain pada miskin!" rengek seorang cowok yang sibuk mengganggu temannya - yang sedang memasang tenda.

"Halah, berisik banget lu. Nanti kalo ngasih hospot ke elo, kuota gue langsung ludes. Tau sendiri lo kalo nonton video gak tau batesan." Herdi tak memperdulikan Pandu yang sedang merengsek disampingnya, dia dari tadi hanya sibuk memasang tenda bersama dengan Fadli.

Pandu menghela kasar. "Please, Her. Gue cuma mau ngabarin nyokap gue, takut dia khawatir. Namanya juga anak kesayangan, lo juga kalo makan ke rumah gue. Minimal jangan begitu, lah," kata Pandu.

"Gak!"

"Her, apa perlu gue cium lo? Supaya tombol hospot dihape lo itu nyala?" ujar Pandu membuat Herdi membulatkan matanya. Ia segera mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.

"Nih! Serah lo mau ngapain aja, daripada first kiss gue diambil sama lo!" ketus Herdi yang jijik membayangkan bagaimana Pandu akan menciumnya.

Semua orang yang mendengarkan perdebatan mereka tertawa. Termasuk Senja yang terkekeh geli mendengarnya, memang ada-ada saja kelakuan mereka itu. Perempuan itu sudah selesai menata tempat masak yang siap digunakan nanti, serta kayu api unggun untuk membakar ayam dan ikan yang sudah disusun oleh Vero.

Vero mendekati Senja, dia memegang lengan adiknya kuat. "Sebentar lagi matahari mau tenggelam, kita duduk disana yuk?" ajak Vero.

Senja tersenyum lalu mengangguk. Ia berjalan mendekat kearah ujung, membiarkan kakinya bergelantungan diatas tempat tinggi ini. Terlihat lampu-lampu dari bawah mulai menyala, memperlihatkan cahaya-cahaya kecil yang terlihat dari atas bukit ini.

Langit mulai berwarna oranye kemerah-merahan. Melihat matahari yang sekarang tinggal terlihat setengah, membentuk cahaya setengah lingkaran yang begitu enak dipandang.

Jangka [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang