“Will have very bad days”
@angkasaanugrah
***
Hari-hari besok yang akan dialami dengan buruk. Itu yang selalu ada dipikiran Angkasa, bagaimana nantinya jika Senja benar-benar tak mau mengenalnya. Dia sendiri juga bingung, apa dia harus tetap marah pada Senja yang selalu merendahkan ibunya. Atau bahkan meminta maaf pada perempuan itu. Angkasa jadi punya masalah yang berat soal ini. Ditambah The Blaze yang sedang panas-panasnya menyelesaikan masalah.
Angkasa duduk di ujung kelas, menatap ke depan dengan tatapan kosong. Kakinya yang naik satu ke kursi, dengan penampilan yang sangat berantakan. Cowok itu terlihat diam saja, padahal teman-temannya dari tadi sedang asik membuat ulah.
Seperti teriak-teriak dalam kelas, menggoda-goda anak kelas perempuan. Jangan lupa, mereka bergabung bersama anak-anak tempur Sebang yang tak kalah brengseknya. Bernyanyi-nyanyi menggunakan gitar, dan menggunakan meja sebagai gendang. Sangat berisik, itulah kelas atas saat ini. Di lantai dua hanya ada tiga kelas, dan semuanya berisi anak-anak seperti ini. Bayangkan saja setiap hari.
"KAU SEPERTI... NYANYIAN DALAM HATIKU, YANG MEMANGGIL RINDUKU, PADAMU... OH..." nyanyi mereka dengan suara yang memaksakan. Ya, namanya juga penyanyi abal-abal. Seperti itulah.
Lalu beberapa menit kemudian seorang cowok yang terlihat cupu masuk kedalam kelas. Membawa beberapa botol minuman dan makanan ringan. Wajahnya terlihat polos, pandangannya juga selalu tertunduk kebawah. Pastinya cowok itu jadi babu dari anak-anak nakal ini, yang selalu nurut diminta-minta tolong.
"Fad bagi dong anjing!" teriak Pandu membuat Fadli langsung meminum es nya sampai habis. "Yah, abis Ndu!" kata Fadli, Pandu berdecak kesal.
"Nih! Baik gue mah sama lo." Herdi memberikan minuman plastik itu ke Pandu, yang tersisa setengah.
"Sip, paling baik lo mah." ujar Pandu.
"Iya dong! Selalu baik gue mah." ucap Herdi dengan bangganya.
"WOI! ADA YANG NYERANG SEKOLAH KITAA!" teriak salah satu cowok dari arah luar, memecahkan keramaian dalam kelas. Mereka saling memandang dengan bingung, sementara diluar sana sudah berantakan.
Angkasa yang mendengar langsung berdiri, menatap orang-orang yang berlarian keluar kelas. Apalagi Denis dan teman-temannya, anak-anak tempur Sebang. Yang suka tawuran antarsekolah.
"Siapa yang nyerang?" tanya Angkasa pada teman-temannya. Sedangkan teman-temannya hanya menggeleng tak tahu.
"Sa, musuh geng motor lo noh!" teriak Bogem, salah satu murid yang ada dalam geng tempur Sebang. Dia dari arah luar, berteriak kedalam kelas.
"Siapa? Lexzy?" Angkasa bergumam, lalu dia langsung lari keluar kelas. Diikuti teman-temannya yang lain.
Melihat suasana sekolah yang sudah kacau, Angkasa menjadi emosi. Cowok itu terlihat mencari orang, seseorang dibalik ini semua. Dia sangat berani cari masalah disini, yang bukan tempatnya. Dirga, ketua Lexzy itu yang sekarang sudah mulai mengusik ketenangan Angkasa.
"WOI BRENGSEK!" teriak Angkasa terdengar marah ketika dia menemukan Dirga, beserta teman-temannya yang sedang menghajar salah satu murid. "Gue bilang, kalo lo urusan sama The Blaze. Urusan sama kita aja, gausah bawa-bawa anak sekolahan anjing!" Angkasa terlihat benar-benar marah, rahangnya mengeras, menatap Dirga dengan sorot penuh emosi.
"Kalo lo nggak disamperin gini, gabakal maju lo pada! Anak-anak pengecut kaya lo, emang harusnya disamperin. Kan ga berani maju, hahahahaha!" ucap Dirga, lalu tertawa bersama teman-temannya.
Herdi berdecih, dia maju satu langkah menatap Dirga dengan dekat. "Cih, lo pikir kita takut sama lo?" ujarnya, Pandu menarik Herdi agar cowok itu menjauhi Dirga.
Dirga hanya tersenyum tipis. "Gue tunggu habis ujian sekolah. Kita perang." ujarnya, lalu mengajak teman-temannya pergi dari sana.
"Woi! Mau kemana lo! Sini maju!" Herdi terlihat emosi, dia ingin mengejar Dirga dan teman-temannya. Tapi Fadli dan Pandu sudah lebih dulu menahannya.
"Gimana? Kita gabisa diem gini aja, Sa. The Blaze nggak kaya gini." ujar Rafi pada Angkasa.
"Iya bener, Sa. Kita harus lawan mereka, kalo anak-anak kaya gitu nggak dikasih pelajaran. Ya gabakal udah, percaya sama gue." ucap Herdi.
Angkasa mengangguk. "Kita perang habis ujian ini." ujar Angkasa dengan serius. Dia sudah tidak bisa diam dengan semua ulah Dirga, dia dan gengnya harus diberi pelajaran.
"Belum tau aja dia, gimana The Blaze." ucap Pandu.
****
Sementara di kejauhan, Senja menatap Angkasa. Cowok itu sedang mengobrol dengan teman-temannya didepan Greja, sebelumnya Senja sempat khawatir karena Angkasa terlihat emosi saat bertemu anak lain. Senja takut Angkasa berantem, lalu dia luka-luka lagi.
Tapi pikirannya kembali mengingat, bagaimana waktu itu. Dia benar-benar marah, Senja juga sangat marah. Rasa kecewa itu merasuki lagi otaknya, walaupun Senja sudah tahu siapa ayahnya. Tapi tetap saja, dia merasa dibohongi oleh Angkasa. Selama ini Angkasa tahu tentang ayah tirinya siapa dia. Tapi Angkasa tak cerita, dan sebelumnya dia menguatkan Senja saat Senja selalu menceritakan tentang wanita perusak keluarganya.
Semuanya seakan-akan telah menipu dirinya, hidup ini banyak kebohongannya. Senja lelah sendiri dengan semuanya. Perempuan itu berjalan dari sana untuk kembali ke kelas.
Saat dia sudah melangkah dan tak menatap Angkasa lagi, kini Angkasa yang menatapnya. Angkasa menatap punggung perempuan itu dengan perasaan serba salah, dia selalu ingin perempuan itu ada lagi padanya. Tapi juga punya perasaan kecewa yang mendalam.
Seperti inikah rasanya, kita berpisah tapi tidak saling ingin ada perpisahan?
***
HI, jangan lupa vote & komen!🤩
Sehat selalu kalian!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangka [END] ✓
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Sequel Cerita "ANGKASA" [Mau baca cerita ini? Disarankan membaca cerita Angkasa terlebih dahulu, ya. Part masih lengkap, silahkan cek profil] Ini cerita Senja dan Angkasa. Bagaimana cerita mereka berjalan dengan manis, mere...