4. Usurper?

1K 85 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pandu, Herdi, Fadli, dan Rafi keluar dari dalam kelas mereka. Lama-lama bosen juga sekolah planga-plongo. Ya, sekolah bisa dianggep cuma numpang nama doang gitu.


"Angkasa kemana sih sebenernya? Tuh bocah nggak keliatan dari semalem." ujar Pandu.

"Tadi malem dia kan kerumah Senja." balas Rafi.

Fadli duduk di teras depan kelas. Diikuti oleh teman-temannya. "Mungkin masih dirumah Senja," ucap Fadli.

"Betah amat ya tuh anak." kata Herdi.

"Dia kan dari malem dirumah Senja. Berarti dia juga tidur dirumah Senja. Jangan-jangan dia..." ucap Pandu yang menggantungkan omongannya.

"Jangan berfikir yang macem-macem! Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan!" ujar Fadli mengingatkan.

"Tapi bisa aja sih Fad. Bener kata Pandu." sahut Herdi.

"Belum tentu mereka tidur bareng," celah Rafi.

"Tapi bisa aja kan?" ucap Fadli.

"Ya bisa aja. Tapi belum tentu," balas Rafi.

Keempat cowok ini berada di teras depan kelasnya. Sedang mengobrol biasa. Tapi kebanyakan murid perempuan yang berjalan lewat kesitu sendirian memilih putar balik. Ya, pahamlah...

"Terus kita ngapain?" tanya Pandu pada teman-temannya.

"Berdoa biar nilai ulangan tadi diatas enam puluh," ujar Herdi.

Fadli menaikkan satu kakinya. "Lah, tanggung amat diatas enam puluh. Orang tuh doa diatas tujuh puluh, delapan puluh, atau sembilan puluh. Ini mah enam puluh!"

"Karna Herdi nilainya gapernah diatas enam puluh, Fad." sahut Pandu. Lalu cowok itu tertawa.

"Lah, emang lu pernah diatas enam puluh?" tanya Rafi.

"Wuahhh! Pernah dong!" kata Pandu dengan bangga.

"Berapa?" tanya Herdi.

"Enam puluh satu," jawab Pandu. Lalu cowok itu cengengesan.

"HADEUH... BEDA SATU DOANG!"

****

Angkasa dan Senja berjalan berdua, mereka menuju motor. Karena mereka berdua memilih untuk ke markas The Blaze.

Jangka [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang