XXXVI - Elegi Tak Berdasar

1.6K 378 9
                                    

Adken kembali ditarik ke masa depan, saat kembali ia masih berada di hari yang sama, tepat 26 Mei 2021, dan bahkan ia masih berada di tempat yang sama, di Pantai Selatan. Hari semakin menggelap, dan angin di sekitar pantai semakin kencang. Adken memutuskan untuk kembali ke penginapan, namun ia tidak menemukan buku Sakarabu.

Adken berusaha untuk mencari buku itu terlebih dahulu, tidak mungkin kan ada orang lain yang mengambilnya? Atau terbawa oleh ombak ya? Saat Adken sedang mencari, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan kehadiran Balan yang masih berwujud Dito, di sana.

"Buku itu dibawa oleh Kanjeng Ratu, jaga-jaga supaya tidak ada orang yang berniat jahat yang ingin mengambil buku itu. Kalau kamu mau membacanya lagi, kamu bisa datang ke sini dan memintanya pada Kanjeng Ratu," ujar Balan.

Dengan geram Adken menghampiri Balan dan mencengkram erat kerah kemeja yang digunakannya. "Apa semua kilasan balik itu benar dan bukan hanya manipulasi belaka?" tanya Adken penuh selidik.

"Kalau aku jawab pun, belum tentu kamu percaya Ken, lebih baik kamu tanyakan saja langsung pada yang bersangkutan," jawab Balan dengan tenang.

"Ya, kamu benar. Kalau kamu yang menjawabnya, saya belum tentu percaya. Saya akan memastikannya langsung," putus Adken pada akhirnya seraya melepaskan cengkraman tangannya pada kerah kemeja Balan.

🌵⚘🌵

Keesokan harinya Adken memutuskan untuk langsung pulang ke Bandung. Ia harus membicarakan masalah ini pada Gantari. Bisa-bisanya kekasihnya itu menyembunyikan hal sepenting ini dan berbohong sedemikian rupa padanya, setelah apa yang Adken berikan selama ini. Apa yang ada dipikiran otak cantiknya itu.

Sesampainya di rumah orang tuanya, Adken disambut oleh satpam penjaga rumahnya. "Punten, bunda sama ayah ada di rumah Mang?" tanya Adken penasaran.

"Mangga, gak ada Den, Bapak sama Ibu kan lagi kunjungan ke Rumah Sakit Kejora yang di Jakarta, cuma ada pacar Aden sama asisten yang lain aja nih. Aden sih gak bilang kalau mau pulang," ujar Mang Cecep.

"Oh, terima kasih infonya, Mang," ucap Adken seraya berlalu memasuki rumahnya.

"Ah, gak usah sungkan atuh Den," jawab Mang Cecep seraya menutup kembali pagar rumah tuannya.

🌵⚘🌵

Saat Adken menelusuri kediaman orang tuanya, ia melihat Gantari sedang berkutat dengan alat masak, di dapur. Entah apa yang sedang dikerjakan oleh gadis itu, yang Adken inginkan sekarang hanya bicara empat mata dengannya. Adken berjalan menghampiri Gantari dengan raut wajah yang tak terbaca.

"Mas Ken! Kenapa Mas ndak bilang dulu kalau mau pulang?" ujar Gantari dengan girangnya, karena bertemu kembali secara langsung dengan sang pujaan hati, setelah lama tak berjumpa.

"Ikut saya, ada yang perlu saya bicarakan denganmu!" seru Adken tanpa basa-basi.

Gantari agak terkejut melihat reaksi Adken yang tidak seperti biasanya. Pria itu seperti sedang menahan gejolak emosinya yang bisa meledak kapan saja. Dengan takut-takut Gantari mengekori Adken dari belakang. Gantari takut ia melakukan suatu kesalahan yang membuat kekasihnya itu marah padanya. Tapi apa? Gantari tidak merasa berbuat sesuatu yang salah?

Ternyata Adken membawa Gantari ke dalam kamarnya, saat Gantari masuk, Adken langsung mengunci pintu dan menghadang pintu dengan tubuhnya. Gantari merasa tersudutkan di sini, ditambah dengan pandangan Adken yang sangat menusuk terhadapnya.

"Apa ada hal yang kamu sembunyikan dari saya, Gantari?" tanya Adken berbasa-basi terlebih dahulu.

"Maksudnya apa Mas? Ndak ada yang Tari sembunyikan dari Mas Ken," jawab Gantari takut.

Legenda Patung Jayashree [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang