Adken terus berlari memecah keheningan hutan, tanpa peduli hari semakin gelap, tanpa peduli ranting-ranting mencuat yang menggores tubuhnya.
Jantungnya berdebar tidak karuan lantaran rasa takut, sesak, dan lelah menjadi satu. Nafasnya sudah tidak beraturan, paru-parunya merongrong untuk mendapatkan pasokan udara namun terhempas begitu saja.
Hutan sebagai sumber oksigen terbesar di bumi nampaknya tidak mampu untuk memberikan oksigen yang cukup untuk Adken bernafas dengan benar. Dadanya seperti terhimpit ribuan batu, kakinya sudah bergetar hebat, namun hal itu tidak membuat Adken menyerah dan berhenti dari lari panjangnya.
Adken terus teringat akan kalimat yang diucapkan Klaire tadi, itu sangat menyentil kewarasannya. Adken tidak ingin menjadi orang jahat. Bundanya selalu mengajarkan kebaikan sejak dirinya masih kecil. Adken yakin, Tuhan akan memberikan pelangi setelah badai menimpanya. Tidak ada yang bisa menghalangi tekad Adken kali ini, semangatnya berkobar untuk memutuskan ikatan tak kasat mata yang membelenggu takdirnya.
"Adken, apa kamu tau arti dari namamu?"
tanya Klaire lembut sambil mengusap tangan Adken."Adken berarti orang yang percaya diri, pemimpin yang berwibawa, suka petualangan, dan mandiri. Ya memang arti nama mu bagus. Tapi apa kamu tahu rahasia gelap dibalik nama Avada Kedavra?"
Klaire tersenyum atas keterdiaman Adken, ia berjalan kearah rak buku koleksinya. Sambil memilah-milah buku yang akan diambilnya.
Wajah jenaka Klaire kembali berubah serius. Ia mendekat kembali kepada Adken sambil menunjukkan lembar halaman buku yang dipegangnya. Disana terdapat sebuah judul yang sangat besar bertuliskan "Avada Kedavra."
"Buku ini adalah salah satu koleksi buku kuno milik keluargaku. Semua buku yang ada di rak itu, adalah warisan turun temurun. Didalamnya banyak sekali informasi tentang hal-hal yang diluar nalar manusia.
Setiap manusia memiliki masalahnya sendiri, termasuk masalah dengan hubungan dimasa sebelum yang sekarang, atau hubungan dengan alam kedua. Termasuk kamu salah satunya,"
jelas Klaire, lalu mencolek hidung Adken. Nampaknya walaupun tengah serius, sifat alami Klaire yang genit tidak bisa hilang begitu saja."Avada Kedavra adalah kutukan pembunuh. Nama kamu berasal dari bahasa Aramaic, 'I will destroy as I speak'. Kata-kata ini diambil dari mantra kuno pada abad ke-2 yang sering dipakai untuk memanggil roh halus dan meminta perlindungan. Dan buruknya, namamu akan menentukan takdirmu, Adken. Jadi, apa kamu dapat menyimpulkan semuanya?"
Adken terdiam mencerna ucapan kak Ire. Informasi ini benar-benar mengguncang batinnya. Apakah ini semua benar? Karena orang tuanya tidak pernah memberitahukan arti namanya kepadanya. Adken pun tidak pernah membahasnya karena ia kira namanya terdengar keren saat disebutkan.
Bahkan guru-guru yang pernah mengajar Adken semasa sekolah sering memujinya lantaran namanya indah dan tidak pasaran. Tapi ternyata dibalik keindahan itu tersimpan kubangan gulita.
"Kamu adalah sang pilihan yang ditakdirkan sebagai kunci atas masa lalu yang tidak pernah selesai hingga kini. Tugasmu adalah menyelesaikannya, maka selesaikanlah.
Kamu sendiri yang menentukan, menyelamatkannya dan memberikan nirwana untuknya.
Atau memenjarakannya dalam elegi tak berdasar dan membiarkan jiwanya terkunci dengan keputusasaan."
"Namun yang bisa membebaskan kutukan itu adalah ciuman cinta sejati. Saya tidak yakin memiliki cinta untuk putri tersebut," ucap Adken putus asa.
"Tanpa kamu sadari, cinta itu sudah ada didalam dirimu. Saat kamu memilih jalan ini untuk keperluan tugas kuliahmu, saat kamu tetap mempertahankan jalan ini untuk keperluan tugas akhirmu, maka dari sanalah perasaan cinta itu tumbuh. Dan kamu sudah melewatinya sampai pada tahap ini, menandakan perasaan cinta itu sudah berakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Patung Jayashree [TAMAT]
Historical FictionAdken merupakan mahasiswa jurusan sejarah, yang memiliki ketertarikan tinggi dengan sejarah, legenda, dan cerita rakyat. Di tahun terakhirnya kuliah, ia diharuskan melakukan observasi tentang 1000 patung peninggalan sejarah, untuk tugas akhirnya. Ko...