XXXIX - Pradito Tresnayoga

1.8K 345 14
                                    

Waktu berlalu dengan sangat cepat, kini Adken dan Dito tengah merayakan wisuda kelulusan mereka sebagai sarjana. Kini masing-masing dari mereka menyandang gelar di belakang nama mereka. Avada Adken Kedavra, S.Hum. (Sarjana Humaniora) dan Pradito Tresnayoga, S.Ds. (Sarjana Desain).

Itu artinya hari ini merupakan hari terakhir mereka, di mana Adken harus melepas ikatannya dengan Balan, sekaligus melepaskan Dito sebagai sahabatnya. Adken sudah membicarakan hal ini dengan keluarga Dito, dan mereka mau tidak mau menyetujuinya walaupun berat.

Karena pada dasarnya, Adken lah yang berhak atas Balan, bukan mereka. Jadi mereka tidak bisa terus menerus mempertahankan jin yang bersemayam di dalam tubuh Dito itu. Mereka akhirnya juga mempersiapkan pemakaman yang layak untuk Dito. Dito memang sudah seharusnya pergi sejak 4 tahun yang lalu. Namun mereka dengan egoisnya karena tidak mau kehilangan, malah mempertahankan kehidupannya dengan bantuan jin.

Sekarang sudah saatnya mereka melepaskan dengan cara yang benar. Karena memang sudah seharusnya Dito dikebumikan. Berat memang, namun inilah hidup, ada yang datang dan ada pula yang pergi. Sekeras apapun usaha mereka untuk mempertahankan kehidupan Dito, yang berada di sisi mereka tetaplah hanya raganya saja, tidak dengan jiwanya.

Tapi mereka tidak menyesal, mereka juga berterima kasih dengan keluarga Klaire karena telah memberikan mereka pilihan ini, walaupun Kalire bukan lagi bagian dari keluarga mereka. Tidak lupa juga mereka berterima kasih dengan Adken, karena memberikan mereka sedikit waktu sampai Dito wisuda, padahal bisa saja Adken segera melepaskannya sejak pertama kali Adken mengetahui tentang Balan.

"Aku pasti bakal rindu banget loh sama kamu," ujar Balan sedih.

"Ya, saya juga akan rindu, dan saya tidak akan melupakan seluruh jasa-jasa kamu baik sejak abad ke-8, hingga saat ini. Tapi setidaknya kamu bisa melihat saya, sedangkan saya tidak bisa melihat kamu," tutur Adken.

"Jangan salah kamu, kalau aku ndak punya inang, maka aku ndak bisa ke luar dari Yogyakarta, karena pada dasarnya tempat aku di sana," ungkap Balan.

"Serius? Jadi walaupun kamu jin, kamu tidak bisa bebas pergi kemanapun? Lantas mengapa kamu memilih kampus di Surabaya? Itu kan sudah keluar dari wilayah teritorialmu," tanya Adken terkejut.

"Ya, aku hanya bisa terjebak di suatu daerah, begitupun dengan sihirku, ndak akan berlaku jika dipindahkan ke luar daerah teritorialku. Kamu pernah dengar kasus seorang wanita kena santet, sampai ia sakit parah. Lalu pihak keluarga membawanya ke luar negeri, dan seketika peletnya raib? Itu karena peletnya sudah beda server.

Ibaratkan kalau kita mau mengakses website luar negeri yang di luar jangkauan Indonesia, maka kita harus menggunakan VPN. Tanpa VPN atau kalau VPN-nya tidak kuat, maka kita tetap tidak bisa mengaksesnya. Begitu pula dengan sihir, lagi pula sampai saat ini tidak ada VPN untuk ilmu sihir, hahaha.

Kalau masalah kampus, Dito sudah didaftarkan terlebih dahulu di kampus itu, dan biaya awalnya juga sudah dibayar penuh, jadi sayang saja kalau tidak jadi kuliah di sana. Lagi pula ini kesempatan aku untuk pergi keluar Jogja, kalau aku sudah bebas dan tidak memiliki inang, tentu aku tidak bisa melakukan hal itu lagi," jelas Balan seraya terkekeh.

"Lalu bagaimana dengan candi atau patung yang kamu buat? Akan hancur juga kalau semisalnya dipindahkan ke tempat lain?" tanya Adken penasaran.

"Yap betul, lagi pula siapa juga yang mau memindahkan candi? Kalau masalah patung mungkin bisa dipindahkan, tapi selama ini ndak ada yang mengusiknya bukan? Jadi ya aman-aman saja. Dan masalah kerusakan, walaupun ndak dipindahkan tetap apapun yang aku buat, punya batas waktunya. Jadi walaupun itu terbuat dari sihir, akan tetap rusak seiring berjalannya waktu. Itu namanya seleksi alam," ujar Balan.

Legenda Patung Jayashree [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang