XXVII - Istana Danurwenda

1.6K 356 30
                                    

Wilayah Kerajaan Danurwenda terletak di Dukuh Bener, Klaten, Jawa Tengah, pada saat ini. Jaraknya dengan Kerajaan Jayashree sangat dekat, yakni sekitar 1,7 KM, dan menempuh 5 menit perjalanan jika menaiki kendaraan.

Seperti cerita Gantari tempo hari, jika kita dari wilayah Kerajaan Jayashree hendak menuju wilayah Kerajaan Danurwenda, kita akan melewati dua pohon gayam kembar yang saling berhadapan, begitupun sebaliknya. Namun pohon itu kini sudah tidak ada, melainkan hanya menyisakan sedikit potongan batangnya yang tidak ditebang hingga ke akar. Pohon tersebut ditebang karena sudah dimakan usia.

Adken merasakan hawa yang berbeda sejak ia melangkahkan kakinya di perbatasan Kerajaan Jayashree dengan Kerajaan Danurwenda. Entah mengapa suasana di wilayah Kerajaan Jayashree terasa hangat, namun di wilayah Kerajaan Danurwenda suasa terasa lebih dingin. Dinginnya bukan karena terjadi penurunan cuaca, tapi lebih mengarah kepada dingin yang mencekam.

Seolah-olah wilayah ini diselimuti oleh sesuatu tak kasat mata, semacam portal gaib yang dibentuk menggunakan sihir, agar orang-orang jahat tidak bisa memasuki wilayah yang dilindungi, kalau difilm-film fantasi. Tapi tentunya hal semacam itu tidak ada disini, ini hanya perasaan Adken saja, buktinya Balan santai-santai saja sepanjang perjalanan.

Setibanya Adken dan Balan di halaman istana, tiba-tiba saja tubuh Adken mematung, seperti ada yang mencegahnya untuk bergerak lebih jauh. Balan yang melihat tuannya seketika berhenti mendadak, dan merasakan ada aura magis dari tanah yang dipijak oleh Adken.

"Ken, apa kamu merasakan sesuatu?" tanya Balan ingin memastikan.

"Saya tidak bisa bergerak, seperti ada sesuatu yang memaksa saya untuk terus berdiri disini," ucap Adken.

"Kamu tahu tempat apa yang sedang kamu pijaki itu?" tanya Balan lagi.

"Tentu saja saya berada di halaman istana, memang apalagi?" tanya Adken mulai gusar.

"Aku ndak tanya loh kamu lagi ada dimana, tapi pertanyaanku itu tempat apa yang sedang kamu pijak. Tapi yowes lah tak kasih tahu aja, kamu ingat ndak cerita tentang pertumpahan darah antara Rakai Panunggalan dengan Sakarabu di sini?" tanya Balan. Nampaknya Balan ini suka sekali ya menggantungkan cerita seperti itu. Sudah beberapa kali Adken ngamatinya.

"Saya tahu, Sakarabu dibantai oleh Rakai Panunggalan bersama para pengawalnya karena diam-diam Raja Aradhana mengutusnya untuk menghancurkan Kerajaan Danurwenda saat Sakarabu sedang berkunjung ke Istana Jayashree," jawab Adken.

"Kamu benar, dan sedikit informasi tambahan untukmu, tanah yang sedang kamu pijak saat ini adalah tempat di mana Sakarabu menghembuskan nafas terakhirnya," ujar Balan dengan penuh penekanan disetiap katanya.

Adken terkejut dan ingin berpindah posisi, namun tidak bisa, tubuhnya benar-benar terasa kaku untuk digerakkan. Seperti ada kekuatan magis yang mengunci pergerakannya.

"Balan, apa yang terjadi? Saya tidak bisa bergerak! Apa karena saya menginjak kuburan diri saya sendiri di masa lalu?" ucap Adken.

"Bukan Ken, walaupun Sakarabu tewas di sini, tapi ini bukan kuburannya. Ini pertanda bahwa kamu terikat dengan titik tempat kamu berdiri saat ini, ada sesuatu dari masa lalu yang memanggilmu. Kamu tunggu sebentar, biar aku gali tanahnya," ujar Balan meyakinkan Adken.

Sesaat setelah Balan mengucapkan kalimat tersebut, tiba-tiba Balan mengeluarkan secercah cahaya dari tangannya. Lalu ia dorong cahaya itu menuju langit, cahaya tersebut menggumpal seperti bola pijar, lalu meledak di angkasa bagaikan kembang api, dan ledakannya menyebar mengelilingi tempat Adken dan Balan berdiri. Percikan-percikan ledakan cahaya itu kemudian membentuk sebuah portal tak kasat mata yang mengelilingi mereka.

Legenda Patung Jayashree [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang