Hari ini Adken beserta tim arkeolog dan ikonografi yang terlibat dalam penelitian Patung Jayashree sedang melaksanakan rapat kecil, guna membahas progres pekerjaan mereka. Hal ini memang harus dilakukan secara rutin, sebelum rapat besar dengan tim Balai Pelestarian Cagar Budaya dan pengelola Patung Jayashree dilakukan. Masing-masing dari mereka mengemukakan pendapat, dan tentunya mereka memiliki hasil analisis yang berbeda.
"Jika dilihat dari bentuk hancurnya patung, sangat masuk akal bila patung ini hancur karena bencana alam yang cukup besar, contohnya gempa bumi. Namun, gempa bumi terakhir yang melanda Yogyakarta sekitar 15 tahun silam, atau lebih tepatnya Mei 2006. Sedangkan laporan terakhir, saat Desember 2020, kondisi salah satu patung yang hancur ini, tidak separah ini. Maka dapat disimpulkan bahwa patung ini tidak hancur karena gempa bumi 15 tahun silam," ujar Alan dengan lugas.
"Kemungkinan besar, telah terjadinya pemalsuan data laporan oleh pihak tidak bertanggung jawab, karena memakan gaji buta. Akses menuju patung-patung ini tertutup rapat, maka hanya orang dalam yang bisa memasuki wilayah teritorialnya. Bisa saja tim keamanan yang ditugaskan untuk mengecek kondisi patung, tidak menjalankan tugasnya dengan benar, terlebih jumlah patung yang sangat banyak, membuatnya jadi malas bekerja," lanjut Riadi menyampaikan opininya.
"Tapi masih ada kemungkinan patung-patung ini hancur karena disengaja, seperti ada yang meledakan misalnya," ucap Pak Jehan, salah satu tim arkeolog.
"Jika memang disengaja dengan alat peledak, pastilah tim keamanan Istana Jayashree mendengar adanya ledakan tersebut dan melaporkannya kepada pihak pengelola, tetapi selama ini tidak ada satupun data laporan yang mengarah jika adanya penyusup yang berniat untuk menghancurkan patung," sanggah Pak Toriq.
"Jika dilihat dari jumlah patung yang hancur hanya ada satu, maka bisa diperkirakan alat peledak yang digunakan berbasis kecil, sehingga memungkinkan jika suara ledakannya tidak terdengar," timpal Bu Ajeng.
"Maaf, kalau boleh saya menimpali, saya rasa tidak masuk akal jika ada orang yang berniat untuk menghancurkan patung tersebut. Karena jika memang ada yang berniat untuk merusak objek cagar budaya, pasti tidak hanya satu saja yang dirusak, tapi minimal bisa mencapai belasan bahkan puluhan, mengingat jumlah patung ini mencapai 1000.
Menurut saya, akan lebih masuk akal bila seseorang ingin mencurinya, dan menjualnya dalam jaringan perdagangan ilegal benda antik di luar negri. Karena bagaimanpun, benda peninggalan sejarah akan sangat tinggi nilai jualnya," cetus Adken disela-sela perdebatan.
Jujur saja, aslinya Adken sudah sangat tegang mendengar analisis-analisis mereka, rasa-rasanya Adken menjadi musuh di dalam selimut. Ia pura-pura menyelidiki hal yang sudah ia ketahui penyebabnya. Adken merasa sangat bersalah, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Apa yang dikatakan Adken juga memiliki kemungkinan hal yang benar. Namun kita perlu lebih menggali lagi tentang penelitian ini, agar kita mencapai satu suara," ujar Riadi.
"Kalau menurut pendapat saya sebagai ikonografi, apakah ini sudah saatnya 1 dari 1000 Patung Jayashree hancur?" seru Sinera yang sedari tadi diam.
"Maksudnya bagaimana?" tanya Alan bingung.
"Bapak-bapak serta rekan saya sekalian, dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya ingin mengingatkan tentang Legenda Patung Jayashree. Patung tersebut memang awalnya hanya berjumlah 999, bisa menjadi 1000 karena Putri Kerajaan Jayashree dikutuk menjadi patung yang ke-1000.
Tidak menutup kemungkinan kalau ada saatnya, putri tersebut akan terbebas dari kutukan, dan jumlah patung kembali berkurang. Tidak, bukan berkurang, lebih tepatnya kembali kejumlah asalnya, yakni 999 patung. Karena secara teoritis, memang seharusnya jumlah patung tersebut hanya 999, bukan 1000," ujar Sinera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Patung Jayashree [TAMAT]
Historical FictionAdken merupakan mahasiswa jurusan sejarah, yang memiliki ketertarikan tinggi dengan sejarah, legenda, dan cerita rakyat. Di tahun terakhirnya kuliah, ia diharuskan melakukan observasi tentang 1000 patung peninggalan sejarah, untuk tugas akhirnya. Ko...