prolog

2.8K 174 1
                                    

kedua cowok itu menundukkan kepalanya, masih tidak percaya apa yang terjadi di hidupnya hari ini. perasaan keduanya campur aduk sekarang. dendam, benci, sedih, kehilangan, dan marah.

"kita pulang ya, nak. cuacanya udah mulai mendung." Rose mengelus pundak kedua anak laki-lakinya bermaksud menenangkan.

Xabian yang pertama kali mengangkat kepalanya dan matanya langsung bertemu dengan batu nisan yang bertuliskan nama adik kesayangannya disana. "Vienna, maafin bang Bian ya enggak bisa jagain kamu." dibalik kacamata hitamnya, mata Bian kembali berlinang air mata.

"Bian, udah." Vier menoleh ke arah bian

"gue gagal jagain Vienna.."

"kita, Bian." Vier menatap Bian dengan tatapan marah

"jangan nyalahin diri lo sendiri terus, Vienna kalo ngeliat lo kayak gini juga bakalan sedih." ucap cowok itu bermaksud menenangkan pikiran abangnya

"ayo sayang kita pulang, udah banyak keluarga dirumah yang nunggu kita." Rose menepuk kedua pundak putranya. karena merasa lelah juga, Bian dan Vier akhirnya menuruti kemauan bundanya.

sambil melewati daerah pemakaman mata Bian terus berlinang air mata. ia merasa benci pada dirinya sendiri yang tidak becus menjaga adiknya. "pokoknya gue enggak bakalan tinggal diam." ucapnya

"nyawa harus dibalas nyawa." cowok itu mengepalkan kedua tangannya. dibalik kacamata hitam yang ia kenakan, terpancar jelas tatapan kepedihan dan dendam disana.

"Raiden harus mati ditangan gue." ucap Bian dengan yakin

Vier hanya diam, ia tidak merespon ucapan Bian. jika boleh jujur ia juga bingung ingin bereaksi seperti apa. karena Vier sangat tahu seperti apa karakter Bian. saat cowok itu mempunyai kemauan, tidak ada yang boleh menghalangi langkahnya. sama seperti sebelumnya, Vier yakin bahwa Bian akan benar-benar membunuh Raiden dengan tangannya sendiri.




Yeey new story🥳 yuk ikutin perjalanan Bian sama Vier buat bales dendam

XA's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang