Part 33

163 10 0
                                    

Murid Sma Bina bangsa sudah bisa bernapas dengan lega ketika bel pulang berbunyi. Yang ditunggu akhirnyapun tiba. Perasaan senang mereka semua rasakan karena pekan depan sudah tidak harus belajar sungguh-sungguh karena ulangan telah selesai.

Termasuk Bian yang tersenyum senang melihat Dimas dan Danillo sedang berpelukan Dihadapannya. "Akhirnya gue bisa fokus ngurusin buku tahunan lagi." Sorak Danillo karena cowok itu terpilih sebagai ketua panitia buku tahunan disekolah.

Bian hanya tersenyum mendengar ucapan Danillo. Tinggal beberapa lagi langkahnya sudah harus meninggalkan bangku sekolah. Ada perasaan sedih mengetahui masa sekolahnya akan berakhir sebentar lagi. Disini sangat banyak kenangan yang terjadi bersama anak Altair.

Membahas tentang Altair, besok malam Bian akan melepas jabatannya sebagai ketua Altair kepada adiknya Xavier. Karena masa jabatannya sebagai ketua sudah selesai.

"Kayaknya cepet banget ya. Beberapa bulan lagi kita udah ulangan akhir semester. Eh semester dua kita udah fokus sama ujian-ujian." Dimas merangkul bahu Bian keluar dari kelas. Mereka akan janjian di cafe Neverland untuk merayakan ujian tengah semester yang sudah selesai ini.

Bian tidak berkomentar apapun. Seminggu belakangan ini cowok itu jadi irit bicara. Cewek bernama Alana haydlin ini cukup membuat pikirannya terus mengarah kepadanya.

Selama ujian berlangsung pun Alana dan Regina jarang bermain lagi bersama keenam cowok itu. Sebenarnya beberapa kali Regina menyapa mereka dikantin. Sementara Alana, cewek itu lebih milih menghabiskan waktu istirahatnya dikelas dengan membaca ulang materi untuk ulangan selanjutnya.

Bahkan beberapa kali Keenan dan Sagara bertemu dengan Alana di koridor, cewek itu sama sekali tidak melirik ke arahnya dan memutuskan untuk pura-pura tidak saling mengenal. Dan setiap Keenan melaporkan sikap Alana pada Bian, cowok itu selalu berkata untuk memberikan Alana waktu.

Saat ketiga cowok itu sedang melangkahkan kakinya menelusuri koridor, Danillo menghentikan langkahnya ketika dari belakang ada yang menyebutkan nama cowok itu.

"Aduh, si Alya lagi." Gumam Danillo ketika menolehkan kepalanya menghadap belakang. Alya adalah suruhan bu Dewi yang diutus untuk membantu Danillo menyiapkan buku tahunan.

"Kayaknya gue rapat buku tahunan dulu. Nanti nyusul ya." Tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya, cowok itu segera berlalu pergi menghampiri Alya.

Karena tidak ingin membuang waktu, Bian dan Dimas langsung kembali melangkahkan kakinya menyusul sahabatnya yang lain di cafe langganan murid disekolahnya itu.

"Gar sini gar, jangan maju-maju anjir. Itu didepan ada Lesley." Keenan menoleh ke arah Sagara yang sedang fokus ke layar ponselnya. Cowok itu sedang bermain bersama dengan Edgar.

"Fokus amat sih." Karena iseng, Keenan beberapa kali menekan layar ponsel cowok itu yang membuatnya mendorong Keenan sampai terjatuh mengenaskan dilantai.

"Gausah rese, Nan. Gue campuran sianida ya minuman lo biar kayak kasus waktu itu." Tanpa melihat Keenan, Sagara berkata seperti itu.

"Revalza sama yang lain masih dijalan?" Tanya Dimas setelah cowok itu menyesap vanila lattenya.

"Dikit lagi juga sampe." Jawab Keenan sambil kembali duduk diatas bangkunya.

Pandangan cowok itu mengitari sekitarnya. Pengunjung cafe hari ini sedikit ramai dan dipenuhi oleh anak anak murid sekolahnya. Mereka sepertinya juga sama, ingin merayakan hari terakhir ujian sekolah. Karena hanya cafe ini yang kebetulan paling dekat dengan sekolahnya.

"Lo udah nentuin kan mau acara terakhir Altair dimana?" Tanya Keenan membuka topik pembicaraan.

"Kayak biasa. Rumah gue." Jawab Bian

XA's BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang